Custom Link Anak-Mendadak-Sakit

Anak Mendadak Sakit, Aku Sibuk Mencari Pinjaman karena Tak Memiliki Tabungan

Kisah Utama

UrbanWomen – Aku Meylani, 29 tahun, karyawan swasta, di Jakarta. Selama menikah, begitu banyak hal yang membuatku sadar bahwa menjadi orang tua itu tidak mudah. Setelah menikah, butuh waktu sekitar 2 tahun untuk memiliki momongan. Suami dan aku memang sudah lama menginginkan seorang anak. Setelah 2 tahun pernikahan, akhirnya aku dan suami diberi kepercayaan untuk memiliki anak.

Usai menikah, memang keuangan keluarga kami belum stabil. Masih banyak cicilan yang perlu dilunasi, bahkan kami tidak memiliki tabungan. Dulu, ketika aku masih muda, sebagian besar penghasilanku lebih banyak digunakan untuk belanja “sebelum menikah, aku mau belanja sepuasnya, karena nanti ketika menikah pasti uangku sudah terbagi untuk membeli kebutuhan rumah tangga.” Begitu pikirku.

Aku baru menyadari jika yang aku pikirkan ini tidaklah tepat setelah kami memiliki anak. Uang yang seharusnya bisa aku tabung sebelum memiliki anak, justru aku gunakan untuk hal yang tidak terlalu penting. Uang yang kita kumpulkan bersama habis untuk menggelar pesta pernikahan. Namun, sebelum kondisi keuangan kami stabil, ternyata aku hamil. Perasaanku waktu itu campur aduk, antara sedih dan senang. Aku takut, jika pengeluaranku tiap bulannya akan bertambah besar jika memiliki anak. Tapi, aku sudah lama menantikan seorang anak.

Setelah hamil beberapa bulan, aku putuskan untuk resign dari pekerjaan. Karena fisikku yang bertambah lemah ketika mengandung. Suami mengerti kondisiku. Saat itu, hanya suamilah yang mesti mencari uang untuk biaya melahirkan. Terpaksa suami mencari pinjaman untuk melahirkan. Inilah yang membuat aku sempat merasa menyesal karena kami tidak memiliki tabungan sama sekali.

Setelah kurang lebih usia 6 bulan, anak kami mulai sering sakit seperti demam. Salah satu penyebabnya karena di usia ini anak mulai banyak meraba dan sering memasukan jarinya ke dalam mulut yang bisa saja apa yang dia masukan ke dalam mulut terdapat bakteri atau semacamnya. Pertama kali kami panik dan tentu saja memerlukan biaya pengobatan. Padahal, waktu itu kondisi keuangan kami masih berantakan.

Tak hanya itu, anakku juga mengalami gangguan pencernaan. Tiba-tiba saja dia rewel, mual, muntah dan diare. Karena terus-menerus terjadi, anakku sempat dirawat. Di sinilah kami mulai bingung untuk mencari biaya pengobatan. Terpaksa, kami menjual barang yang kami punya.

Namun, dari pengalaman ini kami jadi saling belajar bahwa penting sekali menabung dan memiliki dana darurat, apalagi jika memiliki anak. Setelah anak mulai besar dan jarang sakit, aku memutuskan untuk bekerja kembali. Suami pun mencari pekerjaan sampingan supaya kita bisa segera memperbaiki keuangan.

Baca Juga: Batal Menikah, karena Calon Istriku Kembali ke Masa Lalunya

Perlahan keuangan kami mulai membaik. Aku tidak lagi membeli barang yang tidak diperlukan. Tiap bulan, aku mencatat pemasukan dan pengeluaran. Sebagian uang kami sisihkan untuk dana darurat. Walaupun memang tidak banyak, tapi sedikit demi sedikit bisa terkumpul. Sampai saat ini perlahan kami mulai merapikan keuangan yang sempat berantakan dan meninggalkan kebiasaan buruk menggunakan uang, seperti membeli barang yang tidak diperlukan, tiap minggu jalan-jalan keluar, dan lain sebagainya.

Menjadi orang tua tidaklah mudah, karena banyak yang perlu direncanakan dan dipersiapkan. Banyak hal tak terduga yang bisa saja terjadi tanpa kita duga. Jadi, lebih baik belajarlah bagaimana cara mengatur keuangan dari sekarang.

Sumber: Meylani, 29 tahun, nama disamarkan, di Jakarta

Baca Juga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Menu