UrbanWomen – Aku Rizky, 45 tahun, karyawan swasta, di Jawa. Aku pernah batal nikah, karena pacarku belum move on dari masa lalunya. Kami berpacaran selama 2 tahun. Memang, niatku waktu itu ingin menjalani hubungan yang serius dengan pacarku. Aku bekerja keras mengumpulkan uang untuk bisa menikah dengannya. Waktu itu aku belum memiliki pekerjaan tetap, jadi pekerjaanku masih serabutan. Pekerjaan apapun, aku jalani. Mulai menjadi ojek online sampai freelance aku kerjakan.
Semula aku merasa yakin, bahwa dia adalah wanita yang tepat untuk aku ajak menikah. Aku melihatnya sebagai sosok yang penyabar dan tidak banyak menuntut di awal berpacaran. Apalagi waktu itu usiaku sudah memasuki 30 tahun. Aku memiliki keinginan untuk berkeluarga. Tapi, memang kami sering bertengkar karena aku lebih sering memprioritaskan pekerjaan daripada banyak menghabiskan waktu dengannya.
Aku sering merasa bersalah karena selalu mementingkan pekerjaan. Walau beberapa kali aku juga mengajaknya keluar untuk sekedar makan atau nonton.Tapi dia merasa tidak cukup. Aku akui, bahwa aku memiliki banyak kekurangan. Belum bisa sepenuhnya menjadi pria yang dia inginkan waktu itu.
Sampai akhirnya, aku berhasil mendapatkan pekerjaan tetap. Dari sini aku mulai bisa mengatur waktu untuk lebih sering bertemu dan fokus bekerja. Namun, entah kenapa aku merasa dia mulai berubah dan sering menceritakan masa lalunya. Dia bercerita, bahwa dia pernah menjalani hubungan selama 7 tahun, tapi akhirnya putus karena mereka LDR.
Mendengar itu, tidak ada rasa curiga sedikitpun. Aku mengira jika dia hanya ingin cerita saja. Tidak terpikir olehku, mungkin dia belum move on dari masa lalunya. Dia menjadi sering membandingkan aku dengan pacar sebelumnya. Dia bilang kalau mantannya jauh lebih perhatian, dan tidak terus-menerus mementingkan pekerjaan.
Aku meminta maaf dan menjelaskan padanya bahwa yang aku lakukan ini demi masa depan bersama, aku mengumpulkan uang untuk menikah. Lalu setelah itu, aku mengajak dia untuk bertemu dengan keluarga besar. Dia pun juga mengenalkan keluarga besarnya. Aku jelaskan bahwa kami berniat ingin menikah. Semua keluarga sudah setuju. Lega rasanya, karena kita tinggal mempersiapkan pernikahan.
Hingga suatu hari, ketika aku tidak sengaja melihat chat dari seorang pria di ponselnya. Dia panik dan kami bertengkar hebat. Dia jujur padaku, bahwa itu adalah mantannya yang pernah berhubungan selama 7 tahun. Aku merasa kecewa, apa yang sudah aku perjuangkan terasa sia-sia saja.
Setelah dia menjelaskan kalau dia belum bisa move on dari masa lalunya, karena mantannya lebih perhatian, aku mulai berbesar hati melepasnya. Yang berat adalah ketika aku harus menjelaskan ke keluarga besar bahwa kami batal menikah. Tentu banyak orang yang kecewa termasuk orang tuaku sendiri. Dan butuh waktu yang sangat lama untuk bisa move on darinya. Bertahun-tahun aku putuskan untuk single. Tidak berpacaran dengan siapapun. Aku tidak ingin menjadikan orang lain pelampiasan seperti apa yang dilakukan mantan pacarku.
Baca Juga: Tabungan Bersama Digunakan untuk Kepentingan Pribadinya, Kami Batal Menikah
Setelah memastikan bahwa diriku sudah bisa menerima dan berdamai, akhirnya aku menjalani hubungan lagi dengan seorang wanita yang kini menjadi istriku. Aku sudah pastikan bahwa dia tidak lagi terjebak dalam hubungan masa lalunya. Hingga kini hubungan rumah tangga kami harmonis. Kami tidak pernah membawa-bawa masa lalu jika sedang bertengkar. Dan aku juga sudah memutuskan komunikasi dengan mantanku itu.
Seseorang yang baru patah hati, pastinya membutuhkan waktu untuk menyembuhkan lukanya. Dan jika terburu-buru menjalin hubungan asmara dengan mereka akan sangat berpotensi membuatmu hanya sebagai pelampiasan. Jadi, lebih baik tunggulah saat ia sudah bisa berdamai dengan masa lalunya, hingga ia benar-benar move on.
Sumber: Rizky, 45 tahun, nama disamarkan, di Jawa