Belajar Memenangkan Pertarungan Hidup

Belajar Memenangkan Pertarungan Hidup

Perempuan & Karir

Tidak semua orang berhasil menemukan dan menjalankannya passion-nya. Jadi rasanya aku cukup beruntung. Aku menggeluti Taekwondo sejak di bangku SMP. Taekwondo banyak membentuk kepribadianku hingga menjadi seperti sekarang ini.

Ya, bisa kukatakan aku agak berbeda dari perempuan kebanyakan. Aku tidak feminin. Entah mengapa aku lebih tertarik pada hal-hal yang menantang. Aku suka mengendarai motor besar, mengenakan celana panjang alih-alih memakai rok ke sekolah. Bahkan aku sering dipanggil “Egaboy” atau “Boy” oleh teman-teman.

Harus kuakui saat pertama kali ikut Taekwondo di SMP ketertarikanku tidak besar. Saat itu aku hanya berpikir kegiatan ekstra kurikuler apa yang aku bisa lakukan, kegiatan yang juga dapat memperluas pertemananku. Sampai saatnya masuk SMA, motivasiku tumbuh. Aku bergabung dalam klub Taekwondo sebagai ekstrakulikuler di SMA. Aku bertemu dengan pelatih yang mengubah pandanganku untuk menumbuhkan kecintaan, sekaligus semangatku di Taekwondo. Seorang pelatih, sekaligus guru kehidupan yang kuhormati.

Di bawah ajarannya aku mulai mengikuti banyak kejuaraan. Lebih dari 20 kejuaraan sudah kuikuti. Aku mendapati banyak kekalahan yang menyakitkan, tapi di momen itulah aku justru bisa belajar menerima kekalahan sekaligus bangkit dari kesedihan. Banyak prestasi berhasil kuraih. Kemenangan demi kemenangan perlahan membuat orang-orang semakin menghargaiku. Beberapa prestasiku di antaranya adalah Juara I dan Pemain Terbaik Putri IISIP CUP 2009 Se-Jawa dan Bali, Juara II Pekan Olahraga Daerah DKI Jakarta 2010 dan Juara I Pekan Olahraga Politeknik Se-Indonesia 2010.

Taekwondo tidak hanya memberiku kebanggaan. Olahraga beladiri itu juga membantuku merampungkan pendidikan. Berkat prestasiku aku mendapat beasiswa pendidikan D3 di salah satu politeknik negeri, lalu melanjutkan pendidikan S1 di salah satu kampus swasta. Aku sangat bersyukur bisa menyelesaikan pendidikan tanpa terlalu membebani orangtuaku.

Namun akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri karier Taekwondo karena cedera lutut. Sekitar tahun 2012 aku mengalami cedera ligamen. Setelah sembuh, aku masih tetap bersikeras untuk lanjut di Taekwondo tapi menyerah setelah kembali terjadi cedera yang sama di tahun 2016. Aku tentu saja sedih, tapi juga tidak ingin memaksakan diri.

Meski berhenti berperan menjadi atlet,aku masih sangat ingin terlibat dalam dunia Taekwondo. Saat ini aku bersama pelatihku Sabeum Tata dan yang lainnya berkontribusi untuk Dojang Sosial, sebuah klub yang didirikan oleh Sabeum Tata sejak 2013, klub non profit dengan misi pengembangkan diri melalui Taekwondo sehingga bisa berprestasi dan kelak bisa membantu perekonomian keluarga. Aku ingin pengalamanku juga bisa dialami orang lain, bermanfaat bagi banyak orang.

Dari Taekwondo aku belajar bahwa sesuatu yang kita tekuni dengan serius akan membawa hasil yang bermanfaat dalam hidup. Aku belajar tentang bagaimana menjadi tangguh, menerima kenyataan pahit namun tetap bangkit. Aku “bertarung” dalam hidup. Aku tidak pernah mendengarkan kata-kata orang lain yang sifatnya hanya menjatuhkanku, aku berkumpul dengan lingkungan yang sangat suportif. Kedua orangtuaku juga sangat mendukung. Aku tak pernah menyesal memilih Taekwondo sebagai jalanku. (*)

Sumber: Egawati

Baca Juga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Menu