Belajar Menerima dan Memaafkan Kesalahan

Belajar Menerima dan Memaafkan Kesalahan

Inspirasi Hati

Urbanwomen – Ini pengalaman keluarga saya. Bagi beberapa orang di luar sana, ketika suami ketahuan selingkuh, istri akan minta cerai. Tapi tidak ibu saya. 

Dimulai ketika saya masih SMP, ibu dan ayah sering bertengkar. Ibu sering menangis tanpa alasan. Saya tak tahu apa penyebabnya, karena tidak ada yang menceritakannya kepada saya. Sesudah saya kelas 2 SMA orangtua saya tak pernah lagi bertengkar hingga sekarang. Dari kejadian itu saya tahu bahwa perselingkuhan bukan akhir dari segalanya. Ceritanya begini:

Ketika saya di SMA tiba-tiba hadirlah adik laki-laki yang usianya masih sekitar 1 tahun. Ibu saya bilang anak itu akan menjadi bagian dari keluarga kami. Ibu dan saya sangat menyayanginya.  Saya mengira adik kecil ini hanya adik angkat saja, tak memiliki hubungan darah. Saya sangka ibu dan ayah mengangkatnya agar saya tidak kesepian.

Suatu hari saya bertanya-tanya kenapa adik ini mirip sekali dengan saya dan banyak orang juga bilang begitu. Awalnya tak ada rasa curiga sedikit pun. Sampai pada satu peristiwa ketika saya menemukan bukti bahwa “adik angkat” itu ternyata saudara kandung seayah saya. Saya jadi sangat membenci ayah saya, padahal tadinya dia adalah orang yang amat saya sayangi dan saya hormati. 

Namun sekarang kebencian itu sudah hilang. Apa alasannya? Karena ibu.

Ibu saya mengajarkan saya untuk bisa mengendalikan emosi setiap kali saya menghadapi masalah, terutama ketika berumah tangga. Seorang tante bercerita betapa lapangnya hati ibu saya, bisa memaafkan kesalahan ayah dulu. Adik tiri saya itu tidak bersalah, lahir ke dunia tanpa tidak tahu apa-apa. Jika saya menyimpan dendam dan benci hanya saya yang rugi sendiri. Saya belajar memaafkan diri sendiri dan ayah, karena malu pada ibu saya yang menerima semuanya dan memaafkan.

Baca Juga: Belajar Memaafkan Orang Lain Sebagai Bentuk Menerima Diri

Sampai saat ini ayah saya tak pernah lagi berkata kasar seperti dulu pada ibu saya. Hubungan keluarga kami sampai saat ini baik-baik saja. Ayah saya sudah tak pernah main perempuan seperti dulu. Andai waktu itu saya mengikuti rasa amarah dan kecewa mungkin suasananya akan semakin kacau. Beruntungnya saya memiliki seorang ibu yang begitu hebat.

Sumber: Anonim

Baca Juga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Menu