Cari Tahu Sendiri Soal Seks dan Kesehatan Reproduksi

Cari Tahu Sendiri Soal Seks dan Kesehatan Reproduksi

Inspirasi Hati

Urbanwomen – Halo, namaku Adel, 24 tahun. Saat ini aku bekerja sebagai asisten pribadi di sebuah pabrik industri pangan di Jawa Timur.

Aku lahir dari keluarga yang cukup tertutup tentang edukasi seksual. Orangtuaku berasal dari Jawa yang sangat menghormati norma-norma sosial, termasuk tidak membicarakan seksualitas pada anak, sampai sekarang. Pertama kali tahu dan kenal seksualitas aku masih  duduk di bangku kelas 5 SD melalui kurikulum KTSP 2006. Seksualitas yang dibahas tentunya tentang seluk beluk alat vital perempuan dan laki-laki.

Tapi yang membuatku merasa pengetahuan itu tidak sepenuhnya diajarkan adalah dari beberapa pertanyaan teman-teman yang dengan mudah dijawab oleh guru kira-kira seperti ini, “Nanti akan kalian pelajari di SMP.” Ya memang tidak salah sih… guru hanya mengikuti panduan KTSP 2006, tanpa ada tambahan informasi lainnya. Guru hanya menjelaskan fungsi organ reproduksi, nama-nama organ, lebih seperti pelajaran bedah kelamin tanpa praktek.

Aku masih ingat ada beberapa pertanyaan teman-teman ketika itu, yang jawabannya tidak benar-benar memuaskan rasa ingin tahu kami sebagai manusia yang berakal. Misalnya, “Pak, bagaimana caranya pembuahan?” Itu pertanyaan sederhana. Apa jawaban guru? Kurang lebih jawabannya seperti ini, “Pembuahan terjadi saat sperma bertemu ovum.” Ya, kami tahu itu. Tapi bagaimana caranya? Bagaimana bisa sperma yang ada di dalam testis laki-laki bisa bertemu dengan sel telur dalam ovarium perempuan? Apa yang harus dilakukan laki-laki dan perempuan supaya sperma dan sel telur bisa bertemu? 

Lantas ada lagi. “HIV/AIDS terjadi kalau kalian sering bergonta-ganti pasangan.” Akibat tidak lengkapnya informasi yang diberikan, apalagi saat itu Internet belum berkembang seperti saat ini, banyak siswa-siswi yang sudah akil balik pada saat itu menelan mentah-mentah pernyataan itu. “Kata Pak X dan Bu Z kita gak boleh gonta-ganti pacar, nanti kena HIV/AIDS,” sering kudengar dari teman-teman perempuan saat sedang bergosip membahas mantan pacar ataupun gebetan mereka. Atau, “Pak, burung si Y bengkok!” Siapa yang tahu kalau bentuk penis ada bermacam-macam? Apalagi variasi bentuk vagina. 

Ada lebih banyak lagi pertanyaan yang tidak dijawab dengan gamblang ketika itu. Aku pun bertekad nanti sesudah mendapat KTP aku akan mengakses banyak situs 18+ untuk mengulik lebih dalam terkait seksualitas. Hal paling mendasar yang ingin kuketahui adalah  bagaimana cara sperma bisa bertemu ovum. Ada banyak sekali animasi yang menggambarkan hal tersebut. Melihat bagaimana proses bertemunya sperma dan ovum pikiranku jadi terbuka lebar. Ternyata ada banyak sekali misteri yang belum terkuak.

Sejak saat itu aku mulai mencari tahu hal-hal lainnya, seperti apa yang menyebabkan HIV/AIDS. Pernah terlihat di salah satu situs tanpa sensor sebuah benjolan kecil di penis pemain laki-lakinya. Bentuknya seperti jerawat, tapi sangat bulat. Ah, ternyata itu salah satu bentuk penyakit kelamin laki-laki. Melalui kisah-kisah tentang HIV/AIDS, yang saat remaja kukira penyebabnya adalah gonta-ganti pacar dan ternyata penyakit karena bersenggama tanpa proteksi, aku menemukan banyak sekali hal yang keliru atau salah persepsi kami karena kurangnya informasi yang didapatkan di bangku sekolah.

Semakin dewasa semakin aku memahami pentingnya menjaga kesehatan reproduksi dan memahami konsekuensi hubungan seksual. Laki-laki dan perempuan yang berhubungan seksual sebaiknya menggunakan proteksi berupa kondom agar terhindar dari berbagai macam penyakit seksual, seperti HIV/AIDS, gonorea, sifilis, dan sebagainya.

Aku, tentunya dengan pengetahuan seksualitas yang cukup, memilih untuk selalu menyiapkan kondom saat berhubungan intim. Bukan hanya untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, aku dan pasanganku dengan sadar diri membawa kondom saat kami ingin berhubungan seksual. Bagiku menjaga kesehatan reproduksi dengan menyiapkan proteksi sebelum berhubungan seksual adalah pilihan yang bijak.

Aku ingin berpesan kepada perempuan yang sudah aktif secara seksual, berhubungan seksual harus berdasarkan consent — persetujuan masing-masing pihak. Ingat kita juga harus menyiapkan proteksi untuk menjaga kesehatan reproduksi. 

Baca Juga: Keluargaku Sudah Memberikan Edukasi Seksual Sejak Kecil

Maka dari itu aku berharap perempuan berani berbicara terbuka tentang seksualitas dengan pasangannya terkait kehidupan seksualnya. Penuhi diri kita dengan pengetahuan seks dan pentingnya kesehatan reproduksi, bertanggungjawablah pada diri sendiri. Mari kita jaga kesehatan reproduksi kita dan menjadi perempuan yang bijak dalam berhubungan seksual. Kalau bukan diri kita sendiri yang menjaga, siapa lagi?

Sumber: Adel

Baca Juga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Menu