UrbanWomen – Aku Yuke, 29 tahun, karyawan swasta, di Jakarta. Aku pernah menjalin hubungan dengan pria dan kami hampir menikah. Setelah 2 tahun berpacaran, kami memutuskan untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius. Aku merasa yakin padanya, karena yang aku tau, dia adalah pria yang baik. Kami mulai mengenalkan keluarga satu sama lain dan sudah saling terbuka tentang keuangan. Namun, memang dia cukup tertutup dengan masa lalunya. Tapi aku tidak mempermasalahkan hal ini karena itu sudah berlalu.
Semua sudah kami persiapkan bersama, mulai dari catering, membayar gedung, dan lain sebagainya. Aku pikir, semua ini akan berjalan mulus tanpa halangan. Kami sama-sama berkomitmen untuk menjalani hubungan ini. Namun, nyatanya tidak sesuai apa yang aku bayangkan. Aku mengira bahwa selama ini dia laki-laki baik, tapi ternyata tidak. Saat kami sudah berniat untuk menikah, satu persatu Tuhan mulai menunjukan sifat aslinya padaku.
Suatu ketika, saat aku sedang berada di rumahnya dan orang tuanya sedang belanja di luar, dia berani menciumku tanpa izin. Aku kaget sekali saat dia melakukannya. Aku marah karena apa yang dia lakukan ini sungguh menggelikan. Saat itu, dia beralasan bahwa dia sudah tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya. Padahal, dia hanya perlu menunggu hingga beberapa bulan saja sampai kami menikah.
Dia meminta maaf padaku hingga berkali-kali. Dia pergi ke rumah untuk menemui orang tuaku dan memohon agar aku memaafkannya. Aku coba memberikannya dia kesempatan dengan harapan tidak akan mengulanginya lagi. Dia juga sudah berjanji.
Namun, ternyata tak lama dia mengulangi hal yang sama bahkan lebih parah dia berani meraba-raba. Dari situ, aku sudah merasa selalu takut jika dekat dengannya. Aku merasa kotor dan tidak memiliki harga diri. Pernikahan kami yang hanya tinggal beberapa bulan lagi, rasanya tidak suci lagi. Aku sempat mengancam dirinya, jika sekali lagi dia melakukannya aku akan membatalkan pernikahan kami. Aku tidak peduli meskipun keluargaku akan menanggung malu.
Ternyata setelah mendapat ancaman tersebut, dia justru mencari wanita lain di luar sana untuk melampiaskan nafsunya itu. Aku mengetahui hal ini setelah ada yang menghubungiku lewat DM dan mengakut bahwa wanita itu adalah pacarnya. Dia memberi bukti bahwa mereka pernah check in bersama.
Setelah aku tanyakan langsung padanya, dia justru menyalahkan aku dengan mengatakan “Aku melakukan ini, karena aku nggak bisa mendapatkannya dari kamu, daripada aku melakukan kesalahan yang sama ke kamu.” Jawaban dia membuat aku semakin yakin, bahwa dia sudah tidak pantas menjadi suami, pasangan yang akan menemaniku seumur hidup.
Aku beranikan diri untuk bilang pada keluarganya untuk membatalkan pernikahan. Aku sudah tidak peduli lagi apa yang akan orang lain katakan. Setelah keluarga kami mengetahui tentang apa yang sebenarnya terjadi, mereka kecewa pada pacarku. Keluarganya memohon untuk tidak membatalkan dan meminta maaf padaku. Tapi tetap saja aku tidak bisa menerimanya. Sudah cukup aku memberi kesempatan hingga 2 kali.
Baca Juga: Ketahui Hak-Hak Dalam Hubungan Asmara, untuk Hubungan Penuh Hormat dan Cinta
Jika mengingat kembali kejadian itu, aku merasa bahwa pilihanku ini sudah tepat. Jika dipaksa, tetap melanjutkan, mungkin dia akan mencari wanita lain di luar sana untuk melampiaskan nafsunya. Hingga kini, aku belum berani untuk mencari pasangan baru dan memilih untuk berdamai keadaan terlebih dahulu.
Apabila ada hal-hal yang sudah melewati batas dan tidak sesuai dengan nilai yang dipegang, coba bicarakan terlebih dahulu pada pasangan, Katakan, sikapnya sudah melewati batas dan membuat kamu menjadi tidak nyaman. Jika kelakuan pasangan makin tak bisa terkendali, menyudahi hubungan bisa menjadi cara yang bisa dilakukan.
Sumber: Yuke, 29 tahun, nama disamarkan, di Jakarta