UrbanWomen – Aku Natali, 35 tahun, karyawan swasta, di Jakarta. Aku memiliki circle pertemanan yang selalu mengikuti tren di sosial media. Setiap berkumpul, kami sering membicarakan hal-hal yang tampak menyenangkan dan tengah populer di media sosial, seperti berkunjung ke destinasi wisata atau menikmati aktivitas tertentu. Aku yang awalnya tidak begitu mengikuti hal-hal yang sedang tren di media sosial, menjadi ingin tahu karena aku merasa sering ketinggalan informasi. Bahkan, aku ingat sekali waktu itu semua orang termasuk teman-temanku menggunakan suatu aplikasi yang sedang tren. Sedangkan aku merasa tidak tertarik.
Melalui aplikasi tersebut, banyak orang yang bisa menunjukan hidup yang tidak monoton, tidak terbuang sia-sia karena bisa bepergian ke tempat baru yang sedang viral. Berbeda denganku yang merupakan anak rumahan dan selalu bergaul dengan orang-orang yang sama. Dari sini aku mulai mempertanyakan, “kok hidupku tidak ada perubahan, tidak memuaskan seperti orang-orang?”
Aku mulai terbiasa membandingkan diri sendiri dengan orang lain sampai dengan lulus kuliah. Aku merasa sangat insecure karena merasa kehilangan momen tertentu di masa muda. Karena takut tertinggal dengan yang lain, aku mulai menjadi orang yang mudah sekali berkata iya untuk melakukan hal yang sebetulnya tidak ingin kulakukan. Seperti ketika temanku mengajak bepergian di hari libur, aku menerima ajakannya begitu saja. Padahal biasanya ketika libur aku lebih suka menghabiskan waktu di rumah untuk beristirahat.
Segala hal sudah aku lakukan agar tidak ketinggalan dengan teman, namun aku merasa kehilangan banyak energi. Aku menjadi lebih mudah lelah karena terlalu banyak hal yang harus dilakukan untuk bisa menikmati hidup atas dasar tren. Aku merasa tidak menjadi diriku lagi. Akhirnya aku memutuskan untuk perlahan menjauh dari media sosial, dan tidak lagi terobsesi merasa ketinggalan. Membutuhkan proses panjang mempelajari tentang diri sendiri. Sadar, jika tidak masalah menjalani hidup perlahan-lahan dan menghargai diri sendiri.
Ketika aku berpatokan dengan apa yang dikatakan di media sosial, aku merasa bahwa hidupku menjadi terbatas karena segalanya diatur oleh standar orang lain. Aku menjadi lupa tentang apa hal yang sebetulnya diinginkan diri sendiri dan melakukan hal yang tidak membawa kebahagiaan. Sedikit demi sedikit, aku belajar untuk lebih fokus pada diri sendiri. Melakukan apa yang aku suka atas dasar keinginan diri sendiri, bukan orang lain. Aku memberanikan diri untuk menolak ajakan orang lain. Walaupun memang ini membuat aku memiliki teman yang lebih sedikit. Banyak yang mulai menjauhiku karena aku tidak mengikuti tren yang dilakukan teman-teman, aku dibilang tidak seru dan lain sebagainya.
Namun, aku tidak peduli dengan apa yang mereka katakan. Mulai belajar menanamkan pada diri sendiri untuk menjadikan media sosial dan pencapaian orang lain bukan tolak ukur kehidupan. Dengan menjadi diri sendiri, aku merasa jauh lebih tenang dan energi tidak terbuang sia-sia. Kini, aku menjadi lebih tau apa yang aku inginkan dan hal yang membuat aku bahagia. Mentalku jadi lebih sehat karena selalu merasa cukup atas apa yang sudah aku bisa capai hingga saat ini.
Baca Juga: Dikasari Ketika Hamil, Aku Bercerai Karena Sikap yang Sulit Berubah
Tidak mengikuti tren atau aktivitas tertentu bukan berarti hidup menjadi lebih membosankan. Fokus pada diri sendiri bukan berarti kita harus benar-benar menghilang dan tidak bersosialisasi dengan orang lain. Belajarlah untuk bersyukur atas apa yang ada pada dirimu.
Sumber: Natali, 35 tahun, nama disamarkan, di Jakarta