Urbanwomen – Aku pernah berkenalan dengan seseorang melalui medsos. Sebelumnya, aku terjebak dalam hubungan pertemanan yang melibatkan perasaan, dan rasanya benar-benar menyiksa. Aku menyukai seseorang yang kusangka juga menyukaiku, sampai perlahan aku berhasil menjauh dan menghilang darinya.
Tapi aku kembali terjebak friendzone. Laki-laki itu sangat seru dan menyenangkan. Setelah beberapa bulan kami bertemu dan semakin dekat. Dia tak sungkan menceritakan tentang keluarganya, aku pun demikian.
Awalnya aku hanya menganggapnya sebagai teman biasa, tapi dia selalu ada untukku. Ketika aku mulai menyukainya dia malah menceritakan tentang perempuan yang dia sukai. Aku menyadari dia hanya menganggapku teman, tidak lebih. Aku beberapa kali memberinya kode melalui sikap dan tindakan bahwa aku ingin lebih sekedar berteman, tapi entah tidak mengerti atau memang tidak peduli dia tidak menanggapinya.
Aku tidak menyerah, selalu berusaha menyenangkannya, seperti memasak makanan kesukaannya. Tanggapannya hanya sekedarnya saja. Setelah lama berteman dan melihat aku mulai tertarik padanya, justru dia semakin biasa saja. Dia selalu membawa temannya saat aku ingin menghabiskan waktu berdua saja. Karena lelah terus-menerus memendam perasaan, kuberanikan diri menanyakan tentang hubungan kami, sampai kapan kami terus berteman dekat. Dia pun berterus terang bahwa sebenarnya dia sudah punya pacar serius tapi tidak berani bercerita padaku karena takut merusak pertemanan kami.
Aku merasa sangat kecewa padanya. Jika saja dia berterus terang sejak awal mungkin perasaanku juga bakalan biasa-biasa saja. Aku sendiri mulai menerapkan batas aman pertemananku dengannya, mengurangi waktu chat atau telepon, sering bermain dengan teman-temanku, dan menyibukan diri mencari hobi baru walaupun hanya sekedar menonton film. Meskipun butuh waktu yang sangat lama, tapi itu lebih baik dibandingkan harus terus menunggu.
Aku sempat menyalahkan diri sendiri kenapa aku berani berterus terang. Seandainya aku tidak mengungkapkan perasaan mungkin kami akan berteman seperti biasa. Tapi setelah kupikirkan kembali, itu sama saja aku tidak menghargai diri sendiri. Terus menunggu ketidakpastian sampai tidak melihat orang lain yang mungkin saja serius ingin menjalin hubungan denganku.
Baca Juga: Lingkungan Kerja Tidak Sehat, Aku Memaksakan Diri Bertahan Selama 6,5 Tahun
Ya, apa yang kulakukan sudah tepat dan aku tidak perlu menyalahkan diri. Tak lama, dia menikah dengan pacarnya. Aku semakin menjauhinya, menutup pintu komunikasi dengannya sampai sekarang.
Aku sadar boleh saja menyukai seseorang, asalkan tidak berlebihan. Jika sudah diberi tanda dia hanya ingin berteman dekat, lebih baik segera menjauh atau berterus terang sejak awal bahwa kita menyukainya. Lebih baik fokus mencari orang yang sudah pasti menyayangi kita lebih dari sekadar teman.
Sumber: Dena 26, nama disamarkan, karyawan swasta, di Sumatera