Saya punya kenalan, seorang wanita, yang menurut saya hatinya seperti Mother Teresa. Apa yang dilakukannya sangat sederhana. Ia adalah ahli herbal dan aktif di salah satu sosial media, yaitu Facebook. Setiap hari, biasa kulihat di wall-nya, bertebaran orang-orang yang menanyakan mengenai penyakitnya, bisa disembuhkan dengan herbal apa. Dan yang aku sangat kagum, beliau selalu menjawab dengan ramah, semua pertanyaan (walaupun mungkin sudah pernah juga ditanyakan oleh orang lain di wall FB-nya). Banyak juga pertanyaan mengenai herbal di inbox FB-nya, serta sms atau telp ke HP-nya. Beliau tahu segala herbal untuk segala penyakit, bahkan sampai penyakit kanker!
Beliau bekerjasama dengan klinik kanker Prof. dr. Warsito, yang juga berjiwa mulia, menciptakan rompi untuk menyembuhkan penyakit kanker! Inovasi luar biasa, yang dihargai dengan sangat murah, tidak sampai 500 ribu, untuk periksa hanya 150 ribu, kalau tidak salah. Bayangkan, di jaman sekarang, kanker bisa diobati dengan murah. Jika tahu dari 3 tahun lalu, aku bawa alm.papaku yang kanker hati stadium 4 ke klinik kanker Prof.dr.Warsito.
Kembali ke kenalanku yang ahli herbal ini. Beliau mendalami herbal bertahun-tahun, sehingga dapat memanfaatkan segala jenis herbal yang ada di Indonesia. Beliau pernah sharing, bahwa di setiap daerah, ada tanaman obat, yang dirancang Sang Pencipta untuk mengobati penduduk di daerah itu. Beliau belajar bekam juga, sehingga dapat membantu mereka yang kesulitan ekonomi untuk dibekam dengan biaya sukarela (tidak mengenakan tariff). Di jaman sekarang, yang semua serba focus pada materi, kesehatan yang begitu mahal, tidak bisa masuk RS kalau belum punya uang muka, saya rasa, orang-orang seperti beliaulah yang diperlukan di jaman modern ini.
Pernah sebulan lalu, saya tengok di wall-nya, beliau posting seperti ini :
“Memaafkan itu meringankan beban pikiran.”
Masih cerita dari kejadian cah lanangku (anak laki-lakiku) yang kecelakaan tempo hari. Selesai membekam pasien, tiba-tiba ada telp dari nomer tidak dikenal yang memberitahu anakku kecelakaan. Ternyata si penelepon adalah orang yang menabrak anakku.
Aku tanyakan kondisi anakku. Anakku sadar dan bisa kuajak bicara. Aku suruh anakku minta dibawa segera ke rumah sakit terdekat. Tak berapa lama, aku hubungi lagi nomer tadi untuk menanyakan kondisi anakku, tapi ternyata mati hp-nya.
Aku hubungi nomer anakku, ternyata yang mengangkat teman sekamar kosnya. HP anakku tertinggal di tempat kos. Tapi aku bisa minta tolong teman anakku untuk menyusul anakku ke TKP atau mencarinya di rumah sakit terdekat.
Sampai di rumah sakit, syukurlah anakku sadar, meski kakinya harus dijahit, tulang bahunya patah dan harus dioperasi. Di dekat anakku ada beberapa orang yang menunggui, salah seorang adalah orang yang menabrak. Nampak ia sangat depresi dan ketakutan ketika berhadapan denganku.
Aku hampiri ia dan berkata, “Terima kasih, Bapak sudah membawa anak saya ke sini, ini musibah untuk kita semua.”
Membaca postingan itu, aku merasakan begitu berbesar hatinya beliau. Belum tentu jika aku dalam posisi beliau bisa sesabar itu. Aku lanjutkan membaca komen beliau di bawah postingan:
“Kalau kita mencak-mencak, marah-marah pun gak akan mengembalikan kondisi anak saya. Hanya memuaskan nafsu amarah kita, akhirnya setan yang akan menyertai masalah itu. Kalau kita sabar, memaafkan dan ikhlas menerima, niscaya Allah akan memberi solusi terbaik.”
Wow, di jaman sekarang, yang penuh dengan kedengkian dan kesabaran adalah hal yang langka, bisa dimuseumkan. Di jalanan penuh bising dengan klakson orang-orang yang tidak sabar ingin cepat sampai. Di kereta dan Trans Jakarta, penuh dengan orang-orang yang tidak sabar ingin naik duluan supaya bisa dapat tempat duduk, sementara orang yang di kereta belum naik, sudah menyerobot duluan agar dapat tempat duduk. Supir angkot yang kebut-kebutan, penumpang baru melangkahkan dua kakinya ke dalam, belum sempat mendapat tempat duduk, supir sudah menekan pedal gas dengan kencang.
Sungguh, kesabaran adalah suatu sifat yang sangat mulia di jaman sekarang.
Saya lanjutkan membaca komen beliau berikutnya.
“Syukurlah yang menabrak profesinya OB di kantornya, jadi cukuplah bentuk tanggung jawabnya dengan mengantar anak saya ke RS dan menungguinya sampai saya datang. Syukurlah dia tidak dihakimi massa, jadi dia bisa antar anak saya ke RS. Untung anak laki-lakiku masih bisa lebih lama bersamaku.”
“Marah itu jelek, ramah itu bagus. Tiap orang punya sisi positif dan sisi negatifnya. Begitu juga dengan saya. Bersyukur Allah masih menutupi kekurangan saya. Semua orang bisa sabar, asal mampu mengalahkan egonya.”
“Capek ya, lihat orang marah-marah di jalan, di sinetron, di infotainment, di FB, diTtwitter, dll. Buang-buang energi, padahal tidak menyelesaikan masalah. Lebih baik kita tebar kedamaian, tebar senyuman tanpa tebar pesona J Dunia maya bisa bermanfaat jika kita gunakan untuk hal-hal positif.“
Wah, saya masih harus banyak belajar dari orang-orang yang dikaruniai kesabaran seperti beliau ini. Saya percaya, bahwa semakin dekat orang pada Penciptanya, maka semakin ia menyerupai karakter Penciptanya, salah satunya kesabaran. Be patient. Good things come to those who wait.