kisah-dua

Hilangnya Peran Ayah dalam Hidup, Menjadikanku Mudah Terjebak Hubungan Toxic

Kisah Utama

UrbanWomen- Aku Kirana, 28 tahun, karyawan swasta, di Jakarta. Aku adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Bisa dibilang, kehidupanku serba berkecukupan. Sebelum menikah, ibuku adalah seorang wanita karir namun ketika menikah dia memutuskan berhenti dari pekerjaan dan memilih menjadi ibu rumah tangga. Sedangkan ayah dari dulu memang seorang pekerja keras. Aku bangga padanya, tapi disisi lain karena terlalu sibuk, aku merasa ayah tidak memiliki banyak waktu untuk main bersamaku.

Karir ayah sangat bagus, dia memiliki posisi jabatan cukup tinggi di perusahaannya. Inilah yang membuat dia sangat sibuk bekerja. Ayah hanya mencari nafkah untuk kami, tapi tidak berperan dalam tumbuh kembang anak-anaknya. Ayah menganggap, bahwa mengasuh anak itu hanyalah tugas seorang ibu, sedangkan ayah ayahnya bertugas mencari nafkah.

Sejak kecil, aku sering diabaikan olehnya. Waktu yang seharusnya digunakan untuk bermain denganku, masih saja disibukan dengan pekerjaan. Waktu itu pernah aku mengajaknya main di hari libur, tapi dia tetap saja sibuk bermain ponselnya untuk mengecek pekerjaan. Ayah selalu menyuruhku untuk bermain dengan ibu saja.

Keluarga kami jadi tidak kedekatan emosional satu sama lain. Aku tidak tahu seperti sosok laki-laki yang baik dan tidak, karena ayah tidak pernah mengajarkanku. Dampaknya, aku tumbuh menjadi seorang yang tidak percaya diri dan merasa kekurangan kasih sayang. Mungkin, ini ada kaitannya kenapa aku merasa sulit mengambil keputusan dan tidak tegas. 

Di sekolah, aku termasuk anak yang pendiam dan cukup kesulitan beradaptasi. Kurangnya peran ayah, ternyata memberi dampak ketika aku dewasa. Aku jadi mencari “sosok ayah” di luar dan aku kesulitan membedakan seperti apa laki-laki yang baik dan tidak. Saat lulus kuliah, aku coba untuk membuka diri dan mulai menjalin hubungan dengan seorang pria. Semula aku merasa dia seperti sosok ayah untukku, tapi ternyata tidak.

Hubunganku sangat toxic. Aku merasa hanya dia seorang yang sangat peduli padaku, tapi kenyataannya justru kebalikan. Setelah aku bercerita jika aku ingin memiliki seorang yang peduli padaku layaknya seorang ayah, dia memanfaatkannya. Banyak aturan yang dia buat, seperti melarangku bersosialisasi dan lain sebagainya, yang justru jadi ketergantungan padanya.

Awalnya aku anggap jika perlakuan dia ini adalah bukti peduli dan sayang padaku. Banyak temanku yang sudah menyadarinya dari awal, tapi tetap saja aku tidak peduli. Aku jadi menuruti semua kemauannya, termasuk memberikan dia uang. Dulu, aku pikir wajar saja jika seorang wanita memberikan uang pada pacarnya.

Aku merasa sangat bingung membedakan laki-laki yang baik dan tidak. Apalagi aku juga sangat tertutup dengan teman-temanku. Mereka juga menjauhiku karena menganggap aku terlalu bucin. 

Kurang lebih selama 5 tahun, aku terjebak ke dalam hubungan toxic, karena mencari sosok seperti ayah di luar. Sampai suatu ketika, dia ketahuan selingkuh dan bukannya meminta maaf justru menyalahkanku. Dia meninggalkanku begitu saja. Aku seperti ditampar oleh realita. Dari sini perlahan aku tersadar kalau aku tak bisa menutup diri terus. Aku mulai beranikan diri bercerita pada teman dekatku jika aku terjebak hubungan toxic ini. Banyak orang yang ternyata peduli padaku setelah aku berusaha membuka diri. 

Baca Juga: Indonesia Termasuk Negara Fatherless. Apa sih Penyebabnya?

Aku mendapat banyak masukan dari mereka yang jauh lebih dewasa dariku. Aku sadar, jika aku tidak bisa mencari sosok ayah di luar sana karena sama saja akan membuatku menjadi ketergantungan dan terus terjebak ke dalam hubungan toxic. Karena ini aku belajar untuk membuat sumber kebahagiaan sendiri dan berdamai dengan apa yang sudah terjadi. Tak lagi mencari sosok ayah di luar sana.

Jika kita sudah merasakan, bahwa ayah kita tidak ikut berperan mengasuh, tugas kita selanjutnya adalah dengan memastikan hal ini tidak akan terulang kembali pada anak kita kelak. Maafkan dan belajar menerima apa yang sudah berlalu, karena pasti orang tua ingin melakukan yang terbaik untuk anaknya.

Sumber: Kirana, 28 tahun, nama disamarkan, di Jakarta

Baca Juga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Menu