Hubunganku selalu berakhir dengan perdebatan

Hubunganku Selalu Berakhir dengan Perdebatan

Kisah Utama

UrbanWomen – Aku Frente, 40 tahun, single mother, bekerja sebagai dosen. Aku pernah menjalani hubungan toxic  selama satu setengah tahun. Sungguh, tidak pernah kusangka aku bakal mengalaminya, karena aku sering mengikuti kegiatan dan bergiat di komunitas perempuan. Aku dibutakan oleh cinta saat itu. 

Sejak awal aku tidak berniat menjalani hubungan dengannya, laki-laki yang lebih muda dariku. Tapi dia terus mendekatiku. Ya, lama-kelamaan aku mencoba untuk menerima dan membuka hati untuknya. Hubungan itu rumit sejak awal, kami putus-nyambung hampir 7 kali. Dia beralasan karena aku belum bisa membuka diri untuknya. Memang sebetulnya aku belum siap menjalin hubungan lagi. Setelah bertemu dengannya, aku coba memulai hubungan kembali. Jalani saja dulu, pikirku saat itu. 

Banyak sekali drama. Dia pernah mengecek handphone-ku, dan tiap kali bertengkar dia selalu memberi keputusan sepihak tanpa pernah bersedia diajak berdiskusi. Meluapkan amarahnya melalui telepon atau chat, itu biasa. Semakin lama aku paham, pola pikir kami berbeda. Apakah karena dia lebih muda? Kurasa bukan itu. Putus hingga beberapa kali bikin aku sempat tidak mau bersosialisasi, tidak nafsu makan, dan tidak mau bangun dari tempat tidur. Seperti tidak punyai semangat hidup saja. Bertengkar dengan teman sendiri, melawan orangtuaku, bahkan anakku pun tidak kupedulikan.

Pacarku itu egois, gemar menuruti amarahnya, tidak punya prinsip. Tapi entah kenapa waktu itu aku pernah memohon padanya untuk kembali. Bahkan pernah sampai mau bunuh diri di depan matanya. Aku sendiri heran kenapa bisa sampai sejauh itu. Aku semakin kehilangan diri sendiri. Sampai puncaknya, kami bertengkar dan aku kembali mencoba bunuh diri. Detik itu juga aku sadar, jika hubungan itu memang sudah tak bisa dilanjutkan. Aku belum berdamai dengan masa lalu, sedangkan dia belum bisa berkomitmen. 

Akhirnya, setelah dia kembali mengakhiri hubungan kami, aku tidak memintanya kembali. Meski sebenarnya masih ada rasa, tapi aku sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak akan kembali padanya. Ini soal harga diri. Seenaknya dia pergi dan datang lagi. 

Sekarang aku jauh lebih baik. Berat badanku kembali stabil, wajahku kembali cerah, aku berfokus pada pekerjaan dan anakku. Teman-temanku juga melihat aku sudah kembali seperti diriku dulu. Tak lagi murung, ceria, dan suka bercerita. Lika-liku hubunganku itu mengajariku untuk tidak terlalu bergantung pada pasangan dan tahu keburukan mencintai seseorang tanpa logika dan bahkan bisa mengancam nyawa sendiri. 

Sumber: Frente, 40 tahun, di Jawa

Baca Juga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Menu