Ikut Seminar Mengubah Pola Pikir

Ikut Seminar Mengubah Pola Pikir

Inspirasi Hati

Urbanwomen – Dari semasa kecil saya diajari bagaimana perempuan harus mempersiapkan diri agar kelak bisa  menjadi istri dan ibu yang baik: Selalu rapi di rumah, pandai melakukan tugas rumah tangga, rumah teratur, serta tunduk pada pasangan, loyal, menghormati keputusan- keputusan pasangan.

Masa awal-awal berpacaran saya benar-benar berusaha menjalankan semua itu, termasuk  tunduk pada pacar, sibuk berbenah, sibuk membuat ini-itu untuk pacar, supaya terlihat sebagai calon istri dan ibu yang layak. Tapi semakin saya berusaha sepertinya pacar-pacar saya malah jadi ngelunjak, atau bahkan ya brengsek aja. Banyak yang hanya memanfaatkan saya, tidak sedikit yang selingkuh atau semena-mena, dan paling menyedihkanya banyak di antara mereka tidak peduli perasaan saya, paling-paling hanya manis di awal. Padahal saya sudah memakai formula dari orangtua saya yang semestinya efektif untuk berjodoh baik.

Mungkin karena sering gagal saya jadi tertarik ikut seminar-seminar seputar topik berelasi dengan pacar, calon suami, bahkan suami. Meski semula membayangkan seminar sebagai sesuatu yang membosankan, ternyata kesempatan itu  banyak memberi masukan yang tidak pernah saya tahu dan mengimbangi ajaran orangtua yang memang saya pikir berat sebelah. Misalnya, ternyata mencari pasangan tidak semudah kata orangtua saya, ternyata banyak hak saya sebagai perempuan harus saya pertimbangkan dalam berhubungan, ternyata saya boleh punya standar khusus dalam memilih laki-laki, dan ternyata tanggungjawab laki-laki juga banyak, bukan hanya menafkahi keluarga saja. Suami dan istri itu harus saling bantu, saling bertanggungjawab, dan saling-saling lainnya. Sebelumnya yang saya ingat selalu kewajiban saya sebagai perempuan tanpa pernah menilai apakah pacar saya juga menjalankan kewajibannya sebagai laki-laki dewasa dan bertanggung jawab.

Dari seminar-seminar itu saya juga belajar ternyata tidak semua perempuan siap menikah walau ingin menikah. Ya, contoh paling gampang saya. Setelah lulus kuliah pikiran saya selalu soal menikah. Seolah-olah menikah itu puncak hidup saya. Apa-apa saya lakukan agar bisa menikah. Ternyata menikah itu bukan tujuan hidup melainkan bagian dari hidup yang saya jalankan ketika saya siap. Jadi saya tidak semata-mata lulus kuliah bisa langsung menikah. Ya kalau cuma asal menikah bisa-bisa saja, tapi maksudnya menikah dan menjalani pernikahan dengan baik.

Baca Juga: Menikah atas Keinginan Orangtua

Saya lantas menyadari bahwa prioritas saya bukanlah menikah tapi membangun diri saya menjadi perempuan yang siap menikah: Dewasa, stabil, punya kapasitas untuk merawat, memotivasi orang lain, serta menjadi teman yang baik, dan punya tujuan hidup serta kegiatan selain mengejar pernikahan.  Untunglah saya belum telanjur menikah dini. Jadi saya tidak harus menjalankan pernikahan yang menyedihkan seperti hubungan-hubungan saya sebelumnya. Sekarang pun saya punya pacar, tapi tidak buru-buru mengejar dia untuk menikahi saya. Biar kami saling kenal karakter dan kebiasaan masing-masing,  dan saling menguji kedewasaan. Bila pada waktunya semua terkonfirmasi baik dan siap untuk menjalani hubungan yang lebih serius barulah saya rasa kami akan membahas rencana pernikahan. Jadi… menikah bukan tujuan hidup, melainkan bagian dari hidup, di saat kita siap. (*)

Baca Juga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Menu