jangan bodohi diri sendiri

Jangan Bodohi Dirimu Sendiri

Inspirasi Hati

Usiaku 22 tahun, sudah bekerja dan masih berkuliah di perguruan tinggi swasta. Hari pertama masuk kuliah dulu aku berkenalan dengan seseorang, sebut saja namanya Bunga. Semula dia terlihat sangat ramah dan baik. Selama satu semester kami selalu berdua. Bunga sudah seperti adik dan keluarga bagiku. Aku juga  sering satu kelompok tugas dengannya. 

Aku termasuk mahasiswa aktif di kelas. Aku suka belajar dan aku sadar masih banyak sekali ilmu yang belum kuketahui. Beberapa teman seringkali memanfaatkan diriku untuk urusan mengerjakan tugas. Mereka sangat ingin satu kelompok denganku. Awalnya aku tak masalah. Kupikir semuanya masih bisa diajak berdiskusi bekerja sama. Tapi, lama kelamaan, terlalu sering hanya aku yang diandalkan dengan berbagai macam alasan. Kebanyakan beralasan sibuk kerja, padahal jelas perkuliahan kami adalah kelas karyawan. Kelas karyawan diadakan malam hari, Rabu sampai Jumat mulai pukul 18.30. Jadi setelah pulang kerja aku langsung ke kampus.

Menurutku alasan sibuk kerja itu kurang bisa diterima karena semuanya lelah, sibuk, dan seharusnya kami mengatur waktu dengan baik. Membagi waktu mengerjakan tugas, kuliah, dan bekerja. Menurutku kami semua sudah dewasa dan dapat berpikir seperti itu. Sudah beberapa kali aku terus yang diandalkan untuk tugas kelompok.

Tapi aku tetap berpikir positif dan membiarkan orang lain memanfaatkanku walau aku sadar akan hal itu. Aku hanya menganggap toh ilmunya juga untukku sendiri. Aku terus-menerus menolak rasa kecewa karena dimanfaatkan. Sampai akhirnya aku tiba pada titik di mana aku mulai merasa mereka sudah keterlaluan. Termasuk teman dekatku sendiri, Bunga. Padahal aku juga lelah bekerja, ditambah harus mengerjakan tugas sampai larut malam sepulang dari kampus. Aku benar-benar tidak menyayangi diriku saat itu. Aku membiarkan diri dimanfaatkan bahkan oleh teman dekatku. Aku sangat kesal dan merasa diriku ini sebenarnya bodoh sekali mau saja dimanfaatkan. 

Memasuki semester 2 perkuliahan kami menjadi kelas online karena pandemi. Kupikir mereka akan berubah, tidak lepas dari tanggung jawab dan bisa mengerjakan di rumah masing-masing. Nyatanya tidak. Semua tetap sama. Aku lelah sekaligus muak. Salahnya, aku sendiri memang terlalu berambisi mengejar nilai. Apapun kulakukan agar nilai kelompokku bagus. 

Karena tak ada biaya akhirnya aku memutuskan berhenti kuliah. Bunga membujukku untuk tidak berhenti kuliah. Alasannya hanya aku inilah teman dekatnya. Aku tahu, di balik itu semua, dia hanya ingin aku terus membantunya urusan tugas kuliah. Aku bertekad untuk tetap keluar kuliah. Bunga lantas menganggapku jahat Dan mengingkari janjiku untuk lulus bareng dirinya. 

Bunga tahu keadaan ekonomiku saat pandemi ini sangat buruk. Dianggap jahat olehnya, aku pun beradu argumen dengan diri sendiri. Apa iya aku jahat? Apa iya aku selalu salah? Bunga tidak  pernah menyadari bahwa sikapnya pun tidak benar. Aku bodoh kalau hanya menyalahkan diri sendiri. Kuputuskan segera untuk menjauh darinya. Bunga, seseorang yang kuanggap teman dekat ini, adalah toxic people dalam hidupku. 

Aku juga harus memikirkan diri sendiri, aku harus tegas pada orang yang berbuat semena-mena terhadap diriku. Semenjak tak lagi berteman dengan Bunga aku tidak merasa tertekan sama sekali. Aku enjoy menjalani kegiatanku sehari-hari, dan berteman dengan lingkungan yang lebih membawaku pada hal positif. Jadi, jangan korbankan dirimu untuk orang lain yang tidak peduli dan tidak pernah mengoreksi diri ya…

Baca Juga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Menu