UrbanWomen – Aku Namirah, 27 tahun, karyawan swasta, di Jakarta. Saat ini aku bekerja di Jakarta. Sejak lulus sekolah, aku putuskan merantau, mencari pekerjaan di Jakarta sekaligus kuliah. Berat rasanya hidup di Jakarta tanpa keluarga. Tapi Inilah yang membuat aku menjadi lebih mandiri. Saat itu, aku juga belajar bagaimana cara mengatur keuangan, terlebih aku harus membayar kosan, kuliah, dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Hingga suatu ketika, aku mendapat kabar dari keluarga jika ibuku jatuh sakit. Tentu saja aku membantu biaya pengobatan. Uang yang sudah aku rencanakan untuk hal lain, digunakan untuk biaya pengobatan rumah sakit. Akhirnya aku mesti berhemat. Setelah lulus, aku berencana untuk melanjutkan pendidikan S2. Namun, rasanya sudah tidak mungkin jika aku meminta bantuan pada orang tuaku.
Sambil menyelesaikan kuliah dan bekerja, aku coba melakukan beberapa hal supaya lebih bisa berhemat. Aku hitung, salah satu yang membuat pengeluaran besar karena biaya makan sehari-hari. Alhasil, aku coba berhemat dengan makan sehari sekali saja. Dari yang mulanya makan 3 kali sehari, aku paksa jadi sekali sehari.
Kurang lebih selama setahun aku menerapkan cara ini. Mulanya aku pikir strategi ini akan berhasil dan membuatku memiliki tabungan lebih banyak, tapi ternyata tidak. Justru aku jatuh sakit karena terlalu berhemat dan sering menahan lapar. Memang, uang yang aku kumpulkan cukup banyak, tapi karena jatuh sakit, uang tersebut aku gunakan untuk biaya pengobatan rumah sakit.
Percuma saja uang yang sudah lama aku kumpulkan, habis begitu saja. Dari sini aku menyadari kalau cara yang aku lakukan tidak tepat, karena hanya menyiksa diri sendiri. Aku cob acara berikutnya yaitu dengan menerapkan gaya hidup, di mana aku bisa memprioritaskan hal-hal yang penting terlebih dahulu.
Aku mulai dengan mencatat untuk mengetahui kemana saja uang yang aku gunakan selama ini. Aku coba dengan mencatatnya dalam jurnal. Setelah aku evaluasi, ternyata aku sering membeli barang yang sebenarnya tidak diperlukan. Untuk makan, aku lebih memilih masak sendiri dengan budget yang telah ditentukan berapa perhari. Misalnya untuk budget makan per hari 30 ribu, dan tidak boleh lebih dari itu.
Aku juga tidak membeli kopi yang harganya cukup mahal. Lebih baik, aku membeli kopi dengan harga murah dan membuatnya sendiri di rumah. Untuk transportasi, aku juga memilih naik kereta atau bus yang tidak perlu mengeluarkan biaya mahal.
Baca Juga: Jatuh Sakit karena Terlalu Hemat, Uang yang Sudah Dikumpulkan Habis untuk Pengobatanku
Jika sudah terlihat berapa uang yang berhasil aku kumpulkan, aku sisihkan untuk investasi. Memang awalnya sangat sulit mengubah kebiasaanku dalam mengatur keuangan. Karena ketika sedang mencoba berhemat, ada saja teman yang mengajak keluar untuk sekedar makan atau jalan-jalan. Jika terlalu sering, hal ini bisa membuat pengeluaran semakin bertambah.
Namun, aku mencoba untuk bisa menolak demi menyelamatkan keuanganku. Aku tidak ingin menyesal, karena gaya hidup yang boros aku tidak bisa melanjutkan pendidikan ke S2. Rasanya, sayang sekali jika itu terjadi.
Gaya hidup hemat akan menjadikan seseorang sebisa mungkin untuk memprioritaskan kebutuhan dan mengontrol keinginannya. Kalau seseorang ingin hidup hemat, maka ia harus memikirkan tujuan utama dari berhemat dan cara mengubah mindset keuangan untuk mencapai tujuan tersebut.
Sumber: Namirah, 27 tahun, nama disamarkan, di Jakarta