Kecanduan Media Sosial Membuatku Insecure dan FOMO

Kisah Utama

UrbanWomen – Aku Rumi, 28 tahun, karyawan swasta, di Jakarta. Beberapa tahun yang lalu, aku sempat merasa kecanduan media sosial. Saat itu aku sudah bekerja sambil kuliah dan memiliki pacar. Aku merasa, bahwa sosial media bisa memberi pengaruh kurang baik pada beberapa aspek hidupku. Sebagian besar waktu, lebih banyak aku gunakan untuk bermain media sosial dibandingkan melakukan hal yang lebih bermanfaat. Aku tidak bisa jauh dari ponsel. Rasanya ingin terus melihat sosial media karena khawatir tertinggal berita yang sedang ramai dan trend.

Dulu, aku bisa menghabiskan waktu bermain sosial media lebih dari 4 jam dalam sehari. Tak jarang, aku menggunakan waktu kerja hanya untuk melihat sosial media, seperti Instagram dan Twitter. Dampaknya, aku menjadi tidak fokus bekerja. Belum lagi jika di hari libur, hampir seharian aku bisa mengabaikan pekerjaan rumah, dan lebih memilih bermain ponsel.

Terlalu sering mengecek sosial media, membuat aku sering kali membandingkan pencapaian dengan orang lain. Bahkan, aku sampai memikirkan kapan waktu yang memiliki exposure tinggi. Aku rajin mengecek berapa orang yang menyukai postingan-ku, dan foto seperti apa yang bisa mendapatkan banyak like. Karena tak bisa mengontrol bermain sosial media, aku juga merasa ada beberapa perubahan pada diriku tapi lebih ke arah yang negatif. Seperti, aku menjadi sering terpanjang mengomentari hal yang sebetulnya bukan ranahku.

Belum lagi soal membandingkan diri. Aku sering merasa insecure dengan semua hal yang ada di sosial media. Sebetulnya, aku orang yang sangat cuek terhadap penampilan. Aku hanya menggunakan pakaian yang aku anggap nyaman. Tapi ketika aku terus membuka sosial media, aku jadi sering membandingkan penampilanku dengan orang lain yang lebih terlihat cantik di sosial media. Aku melihat ada seseorang yang penampilannya sangat menarik, aku langsung mencari baju sama persis seperti apa yang digunakannya. Aku membandingkan diri, dan menyadari bahwa bajuku terlihat kuno dan tidak kekinian. Tentu, ini membuat keuanganku menjadi berantakan.

Belum lagi dalam urusan relasi. Hubungan yang biasa dilihatkan di sosial media sangat romantis dan terkadang membuat aku iri. Akhirnya aku mem-posting foto romantic, supaya orang menganggap kami couple goals. Padahal, ini membuat hubungan kami justru menjadi tidak sehat. Nyatanya, kami sering bertengkar karena pacarku merasa tak punya privasi lagi dalam hubungan kami. Di sosial media, juga banyak orang yang memamerkan barang branded dan banyak orang yang menyukainya. Aku jadi mengikutinya dan dampaknya sangat besar pada keuanganku.

Semua hal ini selama beberapa tahun. Semua jadi berantakan, aku tak lagi menjadi diriku. Aku kehilangan diri sendiri dan merasa tak merasa bahagia. Aku menjadi sering mengurung diri di kamar. Dari sinilah aku bertekad untuk berhenti sejenak membuka akun sosial media. Aku menghapus salah satu aplikasi yang paling sering aku gunakan, dan berhenti mengikuti akun yang membuatku merasa tidak percaya diri. Kurang lebih selama sebulan lamanya, setelah aku merasa lebih baik, baru aku mengaktifkan kembali sosial media.

Baca Juga: Sering Scroll Sosmed Sampai Lupa Waktu? Kamu Butuh Social Media Detox Tuh!

Tapi, aku mulai membatasinya. Dalam sehari, aku hanya membuka sosial media kurang lebih selama 1-2 jam.  Selebihnya, aku gunakan waktu luang untuk melakukan hal lain yang lebih bermanfaat. Seperti mengobrol dengan keluarga dan teman, menyiram tanaman, membaca buku, berolahraga, dan mencari hobi baru. Aku juga belajar untuk menulis perubahan yang aku rasakan selama menjalani detoks sosial media.

Jika kamu merasa media sosial sudah mengambil alih kehidupanmu, sudah saatnya untuk berhenti sejenak menatap layar dan beralih fokus ke realita. Memang awalnya kamu akan merasa gelisah dan terus-menerus mengecek notifikasi. Tapi, jika berhasil melakukannya, kamu bisa mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.

Sumber: Rumi, 28 tahun, nama disamarkan, di Jakarta

Baca Juga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Menu