Urbanwomen – Umur saya 29 tahun, bekerja sebagai karyawan perusahaan. Saya tidak ingin menikah hanya karena tuntutan dari siapapun. Ini karena pengalaman pribadi dalam keluarga, soal terburu-buru menikah tanpa memikirkan masalah finansial. Ada beberapa teman saya yang menjadi ibu rumah tangga akhirnya harus banting tulang karena suaminya berulah, terkena musibah, bahkan terserang penyakit parah hingga tak sanggup lagi memberi nafkah keluarga. Mereka selalu berpesan kepada saya untuk menjadi perempuan mandiri.
Saya membutuhkan seseorang yang tentunya bisa mendukung keinginan saya dan punya visi misi yang sama. Sebenarnya sudah ada beberapa laki-laki mapan yang mendekati, bahkan ada yang sudah siap melamar. Tapi semua saya tolak karena memang tidak cocok secara kepribadian maupun prinsip hidup. Ada juga yang cocok tapi belum bisa membuat saya tertarik untuk melanjutkan ke pernikahan. Saat ini saya lebih menggunakan waktu untuk mencari yang tepat dan atas dasar keinginan sendiri bukan tuntutan siapapun.
Telat menikah di keluarga saya bukan hal aneh. Pernah sesekali ibu saya bertanya pada nenek saya kapan saya mau menikah, tapi nenek saya membela. Nenek mengusap pipi saya sambil menasehati untuk tetap fokus mengerjakan hal-hal yang nyaman dilakukan sebagai lajang. Nenek saya bahkan menyuruh saya sekolah lagi dan berkeliling dunia dulu.
Baca Juga: Hidup Berbahagia & Tenang (Walau Single)
Saat ini tiap kali ditanya “kapan nikah” saya lebih memilih menjawab “doakan saja”. Akan selalu ada orang-orang seperti itu. Masalahnya, jika kita menikah karena omongan orang lain tetap saja kita sendirilah yang bertanggung jawab penuh atas keputusan itu. Apakah orang tersebut akan bertanggung jawab, atau ikut membantu jika kita ada masalah ketika menikah? Tentu tidak. Yang terpenting kita harus selalu ingat jika jalan hidup orang berbeda-beda. Tak ada yang salah atau benar, semuanya kembali pada kondisi kita sendiri. Bukan orang lain, kita sendirilah yang tahu seperti apa kita saat ini. (*)
Sumber: Andra Koto