Urbanwomen – Tak terburu-buru menentukan pilihan. Itulah yang sudah kuterapkan pada diri sendiri. Umurku 23 tahun, freelancer. Aku pernah terjerat ke dalam hubungan yang tidak sehat saat kuliah. Bucin salah satu penyebabnya.
Sebut saja namanya Danu. Kami menjalani hubungan hanya 5 bulan. Sebetulnya, aku tipikal orang yang cuek. Tiga pacar minta putus karena aku terlalu cuek dan tidak romantis. Sampai ada pacar baru. Dua bulan berjalan rasanya biasa saja, seperti orang yang tidak pacaran. Kemudian dia berbagi cerita bahwa sebenarnya banyak perempuan yang mendekatinya saat dia mencoba untuk menjalin hubungan denganku. Dia bilang dia lebih memilih aku.
Sikapku lantas berubah. Aku mulai perhatian, sering meluangkan waktu untuk sekedar pulang bareng. Mulailah hubungan yang tidak sehat itu. Dia menjadi sangat posesif. Semuanya diatur olehnya. Mulai dari sosial media dan semua kegiatanku harus mendapat persetujuannya. Foto profil sosmed harus berdua. Beberapa teman SMA-ku diblokir. Anehnya, aku turuti saja semuanya. Kupikir itulah wajarnya orang pacaran.
Tapi ternyata, hubungan kami itu bernama toxic relationship. Karena dia mau kami pulang kuliah harus bareng, aku harus menunggunya sampai sore. Lama-kelamaan aku jadi suka berbohong. Aku bisa membuat akun Twitter tanpa sepengetahuannya. Dan aku mulai curiga. Kucari tahu tentang masa lalunya. Ternyata dia masih suka membahas mantannya, sampai terbongkar juga selama itu dia sering gonta-ganti pasangan hanya untuk menunggu waktu agar bisa kembali dengan mantannya.
Betapa bodoh aku, buang-buang waktu hanya untuk dia. Rela diatur hanya karena takut kehilangan. Kusudahi saja semua. Kupikir, dia juga belum bisa mengelola emosinya dan belum dewasa. Apa yang kuharapkan dari dia? Ditambah ternyata ibunya tidak merestui hubungan kami karena berbeda suku. Sebelum wisuda, kuputuskan hubungan kami. Awalnya sulit sekali rasanya, karena terbiasa sering bertemu lantas harus membiasakan diri ke mana-mana sendirian.
Tapi itu keputusan yang tepat. Aku mulai menata masa depanku, lebih fokus pada diri sendiri. Mulai mengikuti berbagai seminar, menjadi freelancer, dan membangun relasi dengan orang-orang hebat. Tak ada yang membatasiku lagi. Dukungan dari keluarga saat ini adalah yang terpenting. Buat apa kita bertahan dengan orang yang membuat kita tidak berkembang, menjadi tidak mandiri, dan tidak membuat kita menjadi diri sendiri.
Baca Juga: Ini 6 Cara untuk Berhenti Memikirkan Mantan dan Sembuhkan Hatimu
Selama aku menjalani hubungan dengan Danu, aku kehilangan diri sendiri. Penuh ketakutan, kecurigaan, hasilnya aku tidak bisa mengerjakan hal positif lainnya. Bahkan sempat menjauh dari keluarga karena terus memprioritaskannya. Kini, aku mulai memperbaikinya. Apapun yang aku mau lakukan aku selalu minta izin terlebih dulu pada kedua orangtuaku. Karena saat aku benar-benar merasa tak bisa apa-apa keluargalah yang selalu berada di sampingku.
Sumber: Riska, nama disamarkan, di Jakarta