UrbanWomen – Aku Tantri, 30 tahun, karyawan swasta, di Jawa. Sejak berpacaran selama 3 tahun, aku dan suami memang beberapa kali membahas topik tentang kehidupan setelah menikah. Mulai dari karir sampai tentang mengurus anak. Bagiku dan suami, mengurus anak merupakan tanggung jawab berdua. Setelah menikah selama 2 tahun, kami dikaruniai satu anak perempuan. Dari sinilah kami cukup kesulitan untuk mengurusnya, karena aku dan suami sama-sama bekerja.
Aku harus berhenti dari pekerjaan sementara, setidaknya tunggu sampai anakku sudah masuk sekolah. Saat itu, kami sering kali bertengkar dalam hal mengurus anak. Suamiku kadang merasa lelah setelah pulang kerja dan ingin segera beristirahat. Sedangkan aku, terkadang juga merasa lelah yang mengurus pekerjaan rumah dan anak.
Sering timbul konflik hanya karena pembagian tugas rumah tangga. Di sisi lain, ini juga tidak sesuai dengan apa yang sudah kita bicarakan tentang mengurus anak sebelum menikah. Tapi, karena tidak ingin terus-menerus bertengkar, aku mengajak suami untuk berdiskusi. Dari sinilah kami mulai membagi tugas untuk saling membantu satu sama lain mengurus anak. Semakin hari, suamiku semakin pengertian.
Ketika sedang libur bekerja atau tidak melakukan apapun, suamiku siap siaga membantu menyuapi anak makan, atau sekedar menjaganya saat aku sedang sibuk membereskan rumah. Meski sederhana, tapi ini sangat meringankan pekerjaanku. Suamiku juga sering menggantikan baju anak kami. Semakin saling paham, bahwa mengurus rumah dan merawat anak adalah tugas dan tanggung jawab bersama, bukan hanya istri saja.
Ketika anak kami sudah mulai masuk sekolah, aku memutuskan untuk kembali bekerja. Kami saling bekerja sama, bergantian menjemputnya sekolah. Suamiku juga berusaha untuk menjadi mentor untuk anak kami, selalu meluangkan waktu untuk menemani si kecil mengerjakan PR sekolah, atau sekedar menemani anak kami bercerita tentang banyak hal.
Kami memang sepakat untuk saling memberikan kontribusi dalam mengurus anak agar anak tidak mencari tempat lain yang membuat ia nyaman dan ketika besar lebih suka menghabiskan waktu bersama teman-temannya dibanding orangtuanya. Meski sangat sibuk, tiap weekend selalu kami sempat waktu untuk jalan-jalan bersama. Jika sedang di rumah, kami membersihkan rumah bersama. Kini kami berhasil untuk mengurus anak bersama-sama meskipun masih ada saja hambatan terutama jika suami dan aku sedang banyak pekerjaan.
Terkadang, suami memang sering kali melakukan pekerjaan yang tak sesuai dengan ekspektasi, seperti ketika memandikan anak, aku pernah melihat jika dia belum memandikan anak dengan bersih. Tapi, aku berusaha untuk tidak marah dan menyalahkan suami. Aku lebih suka memberitahu yang benar, agar dia bisa memperbaiki kesalahannya.
Baca Juga: Suami Ikut Membantu Pekerjaan Rumah, Hubungan Kami Terasa Lebih Hangat
Perihal mengurus anak tidak hanya tugas dan tanggung jawab istri saja, tapi suami juga perlu berperan di dalamnya. Mampu memberi kasih sayang menjadi hal yang wajib bagi setiap orangtua, termasuk ayah. Anak yang mendapat kasih sayang dan dukungan yang cukup bisa membuat anak tumbuh dan berkembang dengan lebih sehat.
Jika orangtua tidak terlibat peran pengasuhan, anak akan merasa terabaikan dan kehilangan sosok pelindung yang seharusnya diperankan orang tua. Hasilnya, anak bisa saja mencari sosok itu pada diri orang lain yang belum tentu memberikan pengaruh positif pada tumbuh kembang anak. Jadi, jangan ragu untuk berdiskusi dengan suami agar terlibat dalam mengurus anak bersama ya.
Sumber: Tantri, 30 tahun, nama disamarkan, di Jawa