“Komunikasi” Menjadi Alasan

Cinta & Relasi

Tema bulan November ini pas banget buat aku dan hubunganku 6 bulan lalu. Nama aku Bianca, aku adalah mahasiswa di salah satu kampus swasta Jakarta. Aku pernah mengalami hubungan yang tidak sehat dengan pacarku, dan hubungan ini sudah berlangsung hampir 2 tahun. Usia kami berbeda 3 tahun dan kami berkenalan sewaktu sama-sama menjadi volunteer sebuah konser musik. Aku waktu itu berusia 18 tahun dan dia 21 tahun. Sewaktu itu dia minta berkenalan denganku dan mengatakan bahwa sudah mulai penasaran dari awal rapat volunteer hingga akhirnya pas selesai acara baru ada kesempatan. Proses pendekatan kami juga cukup mudah karena ternyata dia adalah salah satu teman dekat sepupu ku. Singkat cerita aku merasa nyaman dengan dia dan akhirnya kita pacaran. Saat pendekatan hingga 5 bulan berpacaran dia terlihat sama . Aku akan menceritakan beberapa kejadian yang memang menurutku mungkin terjadi pada perempuan seusiaku yang menjalin hubungan.

Awal dari aku mulai mengetahui sifat aslinya adalah waktu aku sudah masuk kuliah dan sedang aktif dalam mengikuti UKM atau ekskul di kampus. Kampus kami saat itu tidak dekat, aku ada di daerah Tangerang dan dia di Jakarta Timur. Ladies tau kan namanya mahasiswa baru pasti harus banyak kegiatan untuk menaikkan poin atau menjadi portfolio saat bekerja nanti. Sewaktu itu aku mengambil UKM Radio, dan sudah memasuki tahap akhir interview. Aku dan pacarku memang biasa berkirim gambar melalui Line untuk saling melepas kangen atau ingin tau bagaimana sekitar disana. Lalu aku mengirimkan foto beberapa senior ku yang sedang duduk istirahat sebelum mulai menginterview kembali. Aku mengatakan bahwa “Liat deh.. mereka yang mau wawancara nanti.. aku degdegan deh” dan dia tidak membalas pesanku namun langung menghubungi ku lewat telepon. Saat aku mengatakan “Halo”, dia tiba-tiba langsung menyuruhku untuk tidak usah mengikuti UKM tersebut. Kami berdebat dan akhirnya aku menutup teleponku. Saat itu aku sangat marah dan saat aku selesai wawancara tiba-tiba saja dia meneleponku dan berkata sudah di depan gerbang kampusku. Tentu saja aku sangat kaget, dan dia menangis mengatakan minta maaf sudah bersikap seperti itu dan meminta aku memaafkannya. Dari situ semua keganjalan dimulai.

Saat aku sedang kelas dan tidak melihat hp, dia akan mengirimku lebih dari 8 pesan yang isinya mencariku. Aku awalnya memang terlena akan perhatiannya, akan pesona nya dan membuatku saat itu beruntung dicariin seperti itu. Namun lama kelamaan dia terus menghubungiku ketika aku sedang makan siang, memaksa ku untuk tetap teleponan dengan dia walaupun aku sedang makan. Dan awalnya aku mengikutinya, kemudian dari situ banyak pertengkaran. Dan dia selalu berkata “Komunikasi adalah Kunci”. Lalu setiap sabtu setelah kita bertemu, dia tetap memaksaku untuk teleponan sampai tidur. Saat itu aku berpikir “Oke tidak apa-apa”. Namun dia semakin berlebihan ketika aku bersama teman-teman cowokku, memaksa aku pulang kuliah langsung pulang, tidak boleh ikut berorganisasi dan harus selalu berkirim pesan. Dia mulai mengirimku lebih dari 15 pesan jika aku tidak menjawabnya, lalu dia suka menjemputku atau menemuiku dikampus secara tiba-tiba dan menungguku hingga aku sudah selesai. Aku merasa risih saat sudah 1 tahun lebih dengannya, lalu aku memutuskannya. Namun dia tidak mau dan menangis hingga mengatakan bahwa dia menyesal dan dia melakukan itu semua karena takut aku berpaling dengan orang lain.

Aku pun terlena kembali akan penjelasannya dan akhirnya setelah 1 bulan berpisah, kami memutusan untuk berpacaran kembali. Dan ternyata tidak ada yang berubah, bedanya adalah ketika dulu dia mengirimku banyak pesan ketika aku tidak menjawab kini dia memasuki emailku, instagramku bahkan dia mengakses lokasiku. Pernah waktu itu aku tidak membalas pesannya saat sedang pergi bersama teman, namun dia langsung menghubungi temanku dan menemuiku. Saat itulah kami berdebat cukup besar dijalan hingga dia memukul spidometer dan pecah. Aku tersadar bahwa tindakan dia sudah sangat tidak wajar. Aku sudah tidak tahan hampir 2 tahun seperti ini. Dia mengatakan bahwa takut ditinggalkan dan merasa bahwa akulah perempuan yang tepat. Lalu dia mengatakan bahwa dia sangat tergila-gila denganku hingga dia tidak mau melihat aku dengan orang lain, dia mengancam akan menyakiti dirinya sendiri kalau tidak berkomunikasi satu haripun.

Kali ini aku semakin takut, dan sadar bahwa mungkin selama ini aku melanjutkan hanya karena ego dan kasihan melihat dia. Keputusanku bulat dan aku melihat bahwa apa yang diriku butuhkan bukan sesuatu yang berlebihan seperti itu. Aku seperti tidak ada ruang untuk bernafas, dan dipaksa untuk berada didalam satu kotak. Saat itu waktunya aku buat perubahan dan tidak mau terjebak dalam hubungan tidak sehat ini. Bukan hanya tidak sehat untukku, namun untuk dia juga. Akhirnya aku beranikan diri untuk tetap menolaknya dan akhirnya kami benar-benar berpisah. Lalu aku merasa lega dan benar-benar bebas. Aku sempat menangis dan kecewa kenapa di proses menuju dewasa aku bertemu dengan hubungan yang seperti ini. Tapi ini pelajaran untukku, maka aku tidak mau berlama-lama untuk menangisi hubunganku atau nasibku.

Lalu setelah itu sepupuku mengatakan bahwa alasan cowok tersebut membuat hubungan dengan sistem seperti ini karena dia sangat menyukai fisikku dan obsesi untuk terus bersama dengan aku, tetapi dia belajar dariku untuk mencintai dengan apa adanya bukan ada apanya.

Mungkin usia ku dan waktu hubunganku cukup muda, tetapi aku belajar banyak dari hubunganku :

Aku belajar bahwa usia dan waktu saat menjalin hubungan tidak menentukan kedewasaan dalam bersikap. Jika kita diperlakukan tidak adil, maka kita harus mau berubah. Jangan mudah terlena dengan satu hal dari dirinya yang menarik, tetapi harus mempertimbangkan sifatnya juga. Berani mengambil keputusan jika tidak nyaman, dan berani mengutarakannya.
Aku pun belajar untuk membiarkan pasanganku nanti memiliki ruang untuk melakukan hal apapun, jangan membatasi dirinya dan jangan batasi diri sendiri. Jika ingin melakukan kegiatan dan mengasah kemampuan kita dalam bidang lain, jangan pernah biarkan orang lain mencampurinya. Karena kita harus jadi pasangan yang sama-sama bertumbuh dan siap untuk menerima sesuatu yang baru, bukan saling menghalangi tetapi saling mendukung.
Aku juga belajar bahwa komunikasi itu penting, namun bukan berarti memaksa. Karena komunikasi itu terjalin dengan sendirinya, bukan harus terus-terusan. Komunikasikan hal yang penting dan harus pinta melihat situasinya, jangan paksa jika situasinya tidak memungkinkan.
Aku belajar bahwa kunci hubungan yang berhasil itu adalah percaya. Apapun kondisinya, jika kita mempercayai pasangan kita maka segala pikiran buruk dan kekhawatiran akan hilang karena percaya. Jika sudah tumbuh rasa percaya, maka aku yakin kita dan pasangan kita akan menjalani hubungan yang sehat.
Nah itu dia Urbannesse pengalamanku yang terkait dengan tema bulan November ini. Semoga dapat menjadi inspirasi bagi kita semua dalam menjalin hubungan. Terus semangat dan jangan takut untuk bertindak atau melakukan perubahan.

Have a good day Ladies!

Baca Juga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Menu