wanita asia kulit eksotis

Kulit Gelap Itu Unik, Kenapa Minder?

Inspirasi Hati

Saya lebih mirip ayah daripada ibu saya. Ibu saya sangat cantik dan berkulit terang. Beda dengan ayah saya yang memiliki kulit gelap. Saya merasa insecure dengan wajah dan kulit saya yang sangat berbeda dengan adik saya, laki-laki, yang mirip ibu saya. Waktu kecil dulu, ketika saya sedang berada di halaman rumah bersama adik saya yang ketika itu masih batita, ada tetangga bilang “Kok cakepan adiknya sih, putih, lucu lagi!”  

Sampai sekarang pun adik saya masih dianggap mirip orang Korea. Sementara saya selalu dianggap dekil, jauh berbeda dengannya. Saat kumpul keluarga besar ibu saya pun, misalnya Lebaran, kita banyak juga yang membanding-bandingkan saya dengan sepupu-sepupu yang berkulit terang.  Mindernya, selain gelap kulit saya juga mudah gosong terpapar matahari. Pernah suatu waktu saya memboncengkan ibu saya naik motor ke luar kota. Males pakai sepatu saya cuma pakai sandal jepit. Hasilnya, kaki saya langsung belang karena sandal jepit, sedangkan kaki ibu saya baik-baik saja. 

Saya semakin minder. Kenapa hanya saya yang berbeda, tidak cantik, dan punya gulit gelap. Ditambah omongan tetangga yang seringkali tidak enak didengar. Saya sempat menyalahkan diri sendiri karena sadar penampilan, tapi saya juga tidak memperbaiki diri. Saya  justru cuek saja, pakai makeup yang sebetulnya tidak cocok. Memang serba salah. Mencoba sesekali tidak ber-makeup tapi bibir saya hitam terlihat seperti bibir perokok. Saya suka iri pada cewek-cewek yang berkulit putih, terang, bibirnya merah alami. Lebih miris lagi di sosial media, melihat orang-orang bangun tidur saja sudah cantik tanpa riasan.

Dengan rasa minder itu, singkat cerita akhirnya saya punya pacar dan untungnya dia mau menerima “kekurangan” saya ini. Pacar saya berkulit putih, tapi itu adalah hasil dari kelainan  genetika yang membuat kulitnya mudah mengelupas. Saya tidak berkeberatan. Saya juga tidak risih atau bahkan  jijik. Dan dari dia saya juga belajar: Dia tidak peduli warna kulit, yang penting kulitnya sehat. Tidak seperti dia yang berkulit putih tapi punya kelainan. Dia bilang kesehatan lebih berharga.

Sejak saat itu dia sering bercerita mengenai kelainan kulit yang dideritanya. Saya lantas berpikir bahwa mungkin ini adalah takdir yang Tuhan berikan kepada saya. Selama ini saya kurang mensyukuri segala sesuatu yang dimiliki. Padahal, di balik “kekurangan” ini, saya tidak mengalami sakit kulit, jerawat saja jarang sekali dan sekalinya ada sembuhnya sangat cepat. Tak seperti orang lain yang menghabiskan banyak waktu dan uang untuk rutin berobat agar kesehatan kulitnya tetap terjaga. Saat ini saya lebih mampu dan selalu belajar menerima diri saya apa adanya. Saya tidak peduli  anggapan negatif orang lain tentang diri saya. Intinya, di balik kekurangan pasti ada kelebihan. Percayalah, Tuhan menakdirkan yang terbaik untukmu, meski seringkali malah kita sendiri yang mengganggapnya tidak baik. (*)

Baca Juga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Menu