Ladies, pernah nggak sih terbangun di satu pagi dan kita enggan beraktivitas atau pernah tidak melewati hari dimana kita enggak mood untuk melakukan apa apa. Rasanya ingin bertelungkup dalam selimut atau bersembunyi dalam gua?.
Saya pernah mengalami hal itu, tidak cuma sekali namun beberapa kali. Masuk akal rasanya karena hidup itu rasa dan pikirannya fluktuasi (naik turun), tidak ada yang bergaris lurus sepanjang masa. Ada masanya di mana kita pernah merasakan titik tertinggi. Misalnya dimana saya bisa berhasil menjadi PIC Project & target yang sudah disodorkan oleh atasan tercapai. Rasanya membahagiakan, apalagi di dukung oleh teman terdekat yang kerjasamanya sangat dirasakan. Rsanya kalau di ibaratkan alam semesta pun akan mendukung dengan mengalirkan energi positif sehari penuh itu pada diri saya.
Namun rasa malas juga nggak bisa saya pungkiri pernah menghinggapi ketika saya berada dalam siklus PMS bulanan, akan lebih indah jika duduk santai di sofa, mendengarkan lagu jazz kesayangan sambil menyedot kopi susu favorit yang dingin.
Penting untuk kembali ke pertanyaan awal, tujuan kita apa ?
Karena saya terlahir sebagai anak pertama yang mengamban misi untuk keberlangsungan keluarga, saya perlu untuk menakar dan menghindari rasa malas tersebut. Sekali dua kali saya pikir tidak apa masa malas itu datang, namun jika menunjukkan tanda terus menerus, ada baiknya berkonsultasi dengan seseorang yang ahli untuk mengatasi hal tersebut.
Saya bersyukur karena memang saya di anugerahi Tuhan karakter orang yang nggak bisa diam, heehee… dan bisa cepat menyadari ketika rasa malas itu muncul di dalam diri saya, menyadarinya dengan fokus pada tujuan awal sambil menanyakan lagi pada diri saya ‘Sebenarnya kalau saya mengikuti rasa malas ini hal-hal apa saja yang nantinya akan tertunda dan berujung menyulitkan diri saya sendiri nantinya dalam proses pencapaian dalam hidup?. Ketika misalnya hal itu melanda, saya langsung beri semangat ke diri saya sendiri, saya katakan ‘Risa kamu pasti bias melawan rasa malas ini’, beli lah saya cemilan atau makanan yang saya bawa ke kantor untuk rekan-rekan saya. Intinya yang mampu mengundang rasa bahagia di diri saya juga harapannya rekan lainnya di kantor juga mendapatkan semangat kebahagiaan dalam bekerja dengan saya, karena biasanya dengan cara begini rasa malas saya tergerus di gantikan semangat lagi untuk beraktivitas.
Sama halnya seperti ketika saya sedang malas membaca buku, mengikuti kegiatan olahraga atau ikut serta dalam kegiatan pertemuan komunitas/ workshop pengembangan diri yang biasa saya ikuti setiap bulannya, saya selalu menyadarkan diri saya dengan mengingat lagi tujuan awal saya mengikuti kegiatan itu semua “Saya Risa ingin terus belajar menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya, karena dengan cara ini saya bisa membantu orang lain & belajar untuk hidup sehat secara fisik, semakin kuat& sehat mental saya yang pada akhirnya bisa saya bagikan semangat ini kepada teman-teman yang mungkin sedang mengalami apa yang pernah saya alami dulu. Jadi dengan berkegiatan positif di luar kantor ini seharusnya mampu menjadi penyemangat, bukan malah membuat saya malas yang hasilnya tidak akan menjadi manfaat untuk orang lain. Kesehatan fisik dan psikis saya tidak terisi dengan cara yang baik jika saya terus membela rasa malas saya.
Rasa malas juga dapat di sebabkan karena ketidaksadaran diri untuk menyadari bahwa apa yang mereka alami adalah bagian dari terkenanya pengaruh dari lingkungan sosial & media. Karena saya juga sadar beberapa waktu saya juga pernah merasa bahwa media sosial memberi kemudahan informasi tentang masalah apapun namun disisi lain jika saya tidak rajin menggali lebih dalam saya nggak akan pernah mendapatkan informasi yang benar-benar valid.
Agar tidak terkena pengaruh media sosial secara mentah, saya memilih untuk tidak malas mencari tahu informasi tersebut lebih mendalam. Misalnya di sosial media saya menemukan tips cara memelihara hubungan dengan orang lain secara sehat. Jika saya malas mencari tahu & menggali lebih dalam tips tersebut bisa saja saya terjebak dengan cara orang lain karena apapun informasi yang di dapat melalui sosial media dapat di praktekkan oleh orang lain namun belum tentu dapat di praktekkan untuk hidup saya, kadar/porsi serta kemampuan orang dalam menyelesaikan permasalahan dalam hidup tidak dapat di sama ratakan. Nah, disinilah rasa malas untuk mencari tahu yang harus di gerus, rajin menggali informasi lebih mendalam dari informasi di sosial media yang saya dapatkan pada akhirnya membawa saya pada ketepatan dan terhindar dari hoax.
Saat ini batasan privasi seseorang sudah hampir tidak ada. Kisah hidupnya dapat dengan mudah dilihat oleh jutaan pasang mata di sosial media. Kesuksesan yang diperoleh beberapa orang menjadi trend tersendiri bagi perempuan lain untuk melakukan hal serupa. Atau lebih parah jika kaum hawa saat ini lebih menginginkan kemudahan dan kesuksesan secara instant, alasannya karena melihat standar orang yang dia dapat dari sosmed di tambah lagi malas mencari tahu lebih dalam dengan apa yang kita lihat di sosial media maka tak jarang penghuni sosmed atau biasa di sebut netizen bisa bermulut sangat tidak baik dan sopan pada postingan orang lain yang mereka tidak sukai, ya karena malasnya menggali, mencari tahu sisi demi sisi orang yang di komentarinya dengan pedas, hanya baru melihat batas luaran dari sosmed orang lain langsung membuat kesimpulan. Saya belajar dari sini bahwa rasa malas mencari tahu dan menggali informasi mendalam dari apa yang saya lihat hanya akan membawa saya pada hal yang kurang baik.
Tidak ada yang serba instant didunia ini, karena segala sesuatu akan berproses dan melalui tahapan sesuai lakon masing masing. Namun jika sudah menginginkan hal instant, khawatir akan banyak yang berpikir untuk melakukan apapun untuk mencapai keinginannya. Hal ini yang sudah bertentangan dengan prinsip hidup seorang wanita.
Ini yang saya lakukan :
- Jika hal tersebut sempat muncul, saya yang harus segera menyaring dan memilih kembali lingkaran pergaulan kita dan mengembalikan aura positif.
- Menghindari rasa malas dengan terus melatih diri untuk keluar dari kemalasan tersebut, melawannya dengan melakukan hal yang membuat saya jadi semangat melakukannya misalnya membeli hal-hal/ mencari dukungan yang positif dan membantu saya semamngat lagi, pada akhirnya membuat saya senang ketika mengerjakan hal yang membuat malas ketika mengerjakannya
- Kenali kembali tujuan kita, dan apakah kita mau untuk meninggalkan perjalanan yang sudah terproses. Karena hal yang dilakukan dengan niat dan proses yang baik akan memberikan hasil yang baik. Tetaplah berusaha, setiap usaha akan menajamkan insting dan indera dan akan memberikan hasil yang terbaik.
- Jika rasa malas datang melanda, saya selalu mengingat tujuan awal dan mimpi saya. Saya ingin menjadi Risa yang seperti apa, itu mampu menjadi penyemangat saya untuk kembali bangkit.
- Selalu mengingat restu & doa serta keinginan untuk membuat kedua orangtua yang sudah memberkati sepanjang perjalanan hidup saya bisa bahagia di masa tua mereka.
Saat ini, saya sudah mencapai beberapa hal yang dengan izin Tuhan saya di pertemukan dengan orang orang yang memberikan saya kesempatan, orang orang baik yang percaya dan mendukung saya akan proses yang saya jalani dan talenta yang saya miliki.
Sebagai perempuan, kita wajib berjuang dan meninggalkan rasa malas, jangan pernah menyerah & kendalikan rasa malas itu dengan selalu ingat tujuan hidup kita & selalu percaya pada proses yang sudah di jalani.
Yuk ladies, disaat rasa malas menerpa. Kita harus kembali pada tujuan awal kita……