UrbanWomen – Aku Utami, 25 tahun, karyawan swasta, di Jawa. Aku memiliki masa lalu yang kelam tentang hubunganku sebelumnya. Aku pernah melakukan sesuatu yang seharusnya tidak aku lakukan saat berpacaran. Ini adalah aib yang seharusnya aku tutupi dari siapapun termasuk pada pacar baruku. Waktu itu, setelah mengalami patah hati, aku bertemu dengan seorang pria. Kami menjalani hubungan kurang lebih selama 3 tahun. Hubungan kami baik-baik saja di awal.
Dia seseorang yang begitu pengertian, dan sangat bisa menjadi pendengar yang baik. Tanpa rasa takut disalahkan, aku bisa menceritakan apapun padanya. Namun, tanpa kusadari, hal ini justru membuat aku jadi ketergantungan padanya. Apapun yang aku lakukan, harus selalu ada dia. Semula aku juga berjanji pada diri sendiri untuk tidak menceritakan tentang masa laluku yang kelam. Karena aku takut banyak yang tidak bisa menerimaku.
Sampai akhirnya, pacarku bilang “kamu nggak pernah cerita tentang gimana hubungan kamu dengan mantan kamu di masa lalu sama aku? Aku mau tau sejauh mana hubungan kalian dan apa aja yang udah kalian lakukan selama pacaran?” Setelah mendengar ini, tentu saja aku terkejut. Dia bilang tidak masalah jika aku memiliki masa lalu yang kelam, dia akan menerimaku sepenuhnya.
Semula aku tetap menutup diri, tapi akhirnya aku bercerita tentang semuanya. Aku merasa dia orang yang bisa dipercaya menyimpan masa laluku. Saat itu aku bercerita bahwa aku pernah melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan sewaktu pacaran. Aku memberikannya bukti chat supaya membuatnya percaya bahwa aku memang benar pernah melakukan kesalahan itu. Aku merasa lega setelah panjang lebar bercerita padanya.
Tapi, justru dari sinilah aku mulai mendapatkan banyak masalah. Kesalahanku, karena sudah oversharing padanya. Cara dia memperlakukanku mulai berubah. Dia menjadi seenaknya dan aku seperti tidak dihargai. Dia melanggar beberapa batasan dalam hubungan yang aku buat. Dia memanfaatkan cerita masa laluku itu supaya bisa mengendalikanku. Terpaksa aku harus menuruti semua kemauannya. Jika tidak, dia mengancam akan menyebarkan aib ku tersebut di masa lalu.
Jelas saja aku takut, dan jadi terus menerus menyalahkan diri sendiri. Aku merasa bodoh karena sudah oversharing padanya. Harusnya itu tidak perlu aku ceritakan, meskipun pada orang yang sangat aku percaya. Aku menuruti apa yang dia mau, untuk membatasi diri bermain dengan teman-temanku, harus membalas pesannya tepat waktu, dan aku tidak boleh berteman dengan lawan jenis. Aku merasa terperangkap, tidak bisa bebas seperti dulu.
Dia juga mulai berani berkata kasar padaku. Sedangkan aku hanya bisa menangis dan terus menyalahkan diri sendiri. Karena bingung dan tak tahu lagi bagaimana caranya lepas darinya, akhirnya aku memberanikan diri menceritakan masalah ini pada teman dekatku. Dialah yang berusaha menolongku dan menyuruhku untuk lepas darinya. Dia yang menguatkan aku supaya tidak takut dengan ancaman bahwa dia akan menyebarkan cerita masa lalunya.
Baca Juga: Jarang Mem-posting Kemesraan di Media Sosial, Hubungan Kami Langgeng hingga Menikah
Setelah beberapa bulan lamanya, aku berusaha untuk lepas. Aku tidak peduli lagi jika dia akan menceritakan tentang keburukanku di masa lalu. Aku sudah pasrah, yang terpenting teman-teman terdekatku sudah mengetahui dan mereka juga selalu mendukungku. Dan benar saja, setelah aku beranikan diri untuk putus, dia menceritakan masa laluku di media sosial. Banyak yang menyalahkan aku atas kesalahan di masa lalu itu. Tapi, itu semua berakhir begitu saja. Pikiran buruk mereka tentangku hanya berlangsung sebentar. Semua ini berlalu begitu saja setelah beberapa bulan.
Namun, aku tidak peduli lagi. Yang terpenting aku sudah berhasil lepas darinya. Di hubunganku yang selanjutnya, aku tidak lagi oversharing padanya. Tidak lagi menceritakan tentang keburukanku di masa lalu dan lebih melihat apa yang perlu dilakukan Bersama di masa depan.
Terbuka pada pasangan bukan berarti kita mesti menceritakan semua aib di masa lalu. Lebih baik, kita menyimpannya sebagai bahan renungan pribadi saja. Jadikanlah kesalahan di masa lalu sebagai pelajaran untuk memperbaiki diri di hubungan selanjutnya.
Sumber: Utami, 25 tahun, nama disamarkan, di Jawa