Mencoba Memberinya Kesempatan Kedua

Mencoba Memberinya Kesempatan Kedua

Inspirasi Hati

Masalah terus-menerus datang ketika saya memutuskan menikah. Pada awal pernikahan hubungan kami sebagai suami-istri baik-baik saja, sampai kami memiliki satu anak. Ketika anak kami berumur 6 tahun mulailah masalah rumah tangga terjadi. Suamiku berselingkuh. 

Awalnya aku mencurigai gerak-geriknya yang tak biasa, seperti ada yang ditutup-tutupi. Di luar soal perselingkuhannya dia adalah sosok suami yang sangat sayang pada anaknya, tapi tidak padaku. Hingga suatu hari suamiku mengajak anaknya pergi. Ya, kukira dia hanya ingin mengajak  jalan-jalan ke suatu tempat berdua saja. Ternyata suamiku mengajak anaknya untuk bertemu dengan perempuan itu, selingkuhannya. Mungkin perempuan itu minta bertemu dengan anak kami dan  suamiku membawanya.

Sesudah semalaman dia tidak kembali ke rumah aku memutuskan untuk mencarinya. Ya, benar dugaanku. Dia sedang berada di rumah selingkuhannya. Aku sudah tidak tahan dengan kelakuannya. Saat itu juga, di depan selingkuhannya, kuminta suamiku untuk memilih antara aku atau perempuan itu yang harus pergi sambil aku membawa anakku saat itu juga. Sementara perempuan itu berusaha kabur menghindar dariku. 

Setelah kejadian itu suamiku tak kunjung pulang, tidak juga memberi nafkah padaku dan anakku sampai aku harus pulang kampung. Sebulan di kampung aku bersilaturahmi ke rumah kakak iparku. Betapa terkejut aku melihat suamiku berdua dengan selingkuhannya di rumah kakak iparku.  Aku kembali mempertanyakan keadaan rumah tangga kami, tapi suamiku lebih memilih selingkuhannya. Dia lantas pergi meninggalkan aku dan anakku. Anakku sempat mengejar ayahnya dan memohon agar tidak pergi, tapi tanpa hasil. 

Hancur hatiku. Sampai suatu ketika kuperhatikan anakku. Aku berbicara kepada diri sendiri, aku tidak boleh jatuh. Aku harus fokus membesarkan anakku meski tanpa ayahnya. 

Dua tahun kemudian suamiku datang, meminta maaf dan ingin kembali kepadaku. Dia mengakui semua kesalahannya, berjanji akan berubah, tak mengulangi kesalahannya lagi. Aku memaafkannya, dan percaya dia bisa berubah. Kami rujuk, sampai aku hamil anak kedua. Benar, dia membuktikan dia berubah. Ketika aku akan melahirkan suamiku sangat mengusahakan biayanya. Dia membuka klinik pengobatan herbal. Dia juga lebih memperhatikan kesehatan keluarganya. Aku sangat bersyukur, karena ekonomi kami terus membaik sampai dia bisa membuka satu klinik lagi. Kami berhasil membeli mobil, mencicil sampai lunas.

Tapi di balik kesuksesan ini mulai muncul berbagai macam ujian dari Tuhan. Anak sulungku, perempuan, hamil di luar nikah. Kami sangat tidak merestui laki-laki pilihannya, yang dikenal sebagai laki-laki tidak baik. Anakku tetap bersikeras, sampai suatu hari kabur bersama laki-laki itu. Mereka menikah, tinggal di rumah kontrakan, suaminya kerja serabutan.  

Setelah kurang lebih 6 tahun anakku kembali ke rumah. Ya, benar dugaan kami. Suaminya itu kurang bertanggung jawab. Mereka berpisah, tapi kami tidak melarang mereka untuk bertemu karena bagaimana pun laki-laki itu adalah ayah cucu kami.

Sementara aku lantas hamil lagi anak ketiga. Suamiku sudah menjadi pemimpin rumah tangga yang baik, tapi cobaan tetap datang. Aku sakit, pembengkakan jantung. Tentu biaya pengobatannya tidaklah murah. Lagi-lagi suamiku tetap mengusahakan agar aku terus mendapatkan pengobatan hingga benar-benar sembuh. Kini keadaanku sudah semakin membaik. Suamiku pun telah membuktikan dia menggunakan kesempatan kedua yang kuberikan dengan sebaik-baiknya.

Sumber: Anonim

Baca Juga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Menu