Urbanwomen – Aku seorang ibu dengan 3 anak, membesarkan mereka sendirian hingga besar. Sempat ada keraguan dalam diriku apakah aku mampu membesarkan mereka sendirian setelah memutuskan untuk berpisah dengan suamiku. Menjadi orangtua tunggal tidaklah mudah, kadang aku menahan diri untuk tidak menangis di depan mereka ketika sedang lelah.
Kehidupanku sangatlah sederhana, aku bekerja sebagai ART. Sebelumnya aku berjualan nasi uduk. Aku punya tekad kuat untuk membesarkan anak-anakku hingga sukses. Selalu kutanamkan pada mereka untuk mengutamakan pendidikan, jangan malas untuk terus belajar. Membagi waktu antara pekerjaan dan menghabiskan waktu dengan mereka menjadi tantangan tersendiri untuk diriku. Apalagi karena harus membiayai tiga anak pekerjaan apapun kulakukan untuk mendapatkan penghasilan sehari-hari.
Aku harus tetap bisa memenuhi kebutuhan untuk sekolah, memberi perhatian penuh, dan mendidik mereka agar sukses. Cara yang kulakukan sangatlah sederhana, tidak ada didikan yang sangat keras. Ketika awal bekerja sebagai ART aku mengajak anakku untuk melihat aktivitasku saat bekerja. “Begini pekerjaan Ibu, bersih-bersih rumah setiap hari. Apa kalian malu dengan pekerjaan Ibu ini? Ibu melakukannya agar kalian tetap bisa bersekolah sampai sarjana.” Aku juga membiasakan mereka untuk main bareng teman-teman mereka di rumah saja supaya aku tahu dengan siapa mereka bergaul.
Bukannya malu, mereka justru tambah rajin belajar, bahkan membantuku jualan nasi uduk. Mereka tak segan menawarkan pada teman-teman mereka di sekolah. Aku selalu berdiskusi dengan anak-anak, memberitahu keadaan sebenarnya agar mereka mandiri, mengerti, tak banyak mengeluh, dan terus giat belajar.
Didikan sederhana itu membuat mereka semakin paham, bahwa tak mudah membagi waktu antara pekerjaan dan memperhatikan mereka. Aku selalu bangun pagi lebih awal, menyiapkan bekal dan sarapan mereka. Tak jarang, ketika mereka masih tidur pulas, aku sudah berangkat bekerja. Meskipun demikian, malamnya aku membiasakan mereka untuk saling bercerita.
Selama aku bekerja, suamiku yang lebih sering menjaga mereka. Pekerjaannya serabutan, jadi dia punya banyak waktu. Sampai ketika kami berpisah, anak-anak sudah mulai besar, cukup mandiri, hanya aku yang menjaga meski tidak 24 jam.
Caraku mengembalikan energi positif setelah seharian beraktivitas cukup sederhana. Hanya perlu banyak berbincang dengan anak-anak. Istirahat cukup juga sangat membantu untuk menjaga kesehatan mentalku. Tak lupa untuk selalu beribadah, melibatkan Tuhan di setiap kegiatanku, entah ketika aku sedang susah atau senang. Karena Dia akan selalu memberi kemudahan dan kekuatan di setiap langkah yang kita jalani.
Sekarang, anak-anakku sudah lulus kuliah dengan nilai terbaik. Dua anakku sudah bekerja sebagai pegawai bank. Betapa bangganya aku karena telah berhasil mendidik mereka hingga sukses, meski tak mudah. Ingat sekali aku harus mengumpulkan uang ujian sekaligus untuk dua anak. Tapi aku pantang menyerah, kulakukan segalanya agar anak-anakku bisa menjadi sarjana. Sekarang mereka memintaku untuk tidak lagi bekerja karena takut aku kelelahan. Tapi, karena suka sekali bekerja, aku tetap bekerja dan ini terasa menyenangkan.
Baca Juga: Hidup Seimbang dengan Manajemen Energi
Bagiku kuncinya satu, jangan banyak mengeluh. Semuanya akan lebih menyenangkan dan bahagia jika kita menjalaninya dengan ikhlas dan terus berjuang. Selalu ingat, bahwa ibu yang bahagia akan membesarkan anak dengan bahagia juga.
Sumber: Lala, 54 tahun, bukan nama asli, di Jakarta