Menghindari-impulsive-buying

Menghindari Impulsive Buying dan anggaran ideal untuk belanja

Gaya Hidup

Urbanwomen – Kamu pernah ngga lagi jalan-jalan di mall dan lewat ke salah satu outlet, terus lihat ada diskon 50% untuk tas model terbaru? Nah kalau kamu beli tas itu padahal sudah punya tas lain dan kondisinya masih layak pakai, ditambah lagi sebelumnya ngga ada rencana beli tas baru, maka kondisi tersebut dinamakan Impulsive Buying atau belanja tanpa rencana. Kalau pernah seperti itu, maka kamu termasuk satu dari jutaan orang yang memiliki sindrom ini. Bahkan mungkin hampir setiap orang pernah mengalaminya. Lalu, apakah Impulsive Buying ini berbahaya atau biasa saja?

Impulsive Buying atau belanja impulsif dapat terjadi pada siapa saja dan dalam kondisi apa saja. Misalnya, ketika seorang ibu rumah tangga sedang berbelanja kebutuhan rumah, lalu melihat ada penawaran khusus untuk sabun dengan pembelian banyak, bisa saja si Ibu tergoda untuk membeli walaupun di rumah masih ada sabun. Kalau uangnya berlebih mungkin tidak apa-apa, tapi kalau anggarannya terbatas, maka ada kemungkinan akan mengambil anggaran belanja untuk kebutuhan lain. Atau contoh yang lebih ekstrim adalah membeli kendaraan atau properti tanpa perencanaan. Intinya adalah ketika emosi dilibatkan dan perencanaan dikesampingkan, maka hal tersebut termasuk dalam Impulsive Buying.

Apa saja yang menyebabkan terjadinya Impulsive Buying? Ada dua faktor yaitu Eksternal dan Internal. Pada faktor eksternal, hal ini bisa dipengaruhi oleh penawaran menarik, tampilan produk yang bagus, godaan penjual, dan ajakan teman. Sedangkan faktor Internal dipengaruhi oleh keinginan yang belum terpuaskan, stress, FOMO, dan gengsi. Tapi faktor manapun, semua kembali ke masing-masing orang selaku pembuat keputusan. Artinya, Impulsive Buying terjadi karena ketidakmampuan mengendalikan emosi saat mengeluarkan uang.

Dampak negatif dari Impulsive Buying biasanya berupa penyesalan. Berharap waktu bisa berputar kembali. Berharap saat itu tidak mengeluarkan uang, apalagi kalau banyak. Seringkali barang yang dibeli tidak terpakai dan hanya dipajang di gudang. Jika terus berulang, Impulsive Buying dapat menyebabkan permasalahan keuangan yang berlanjut pada utang yang menumpuk. Akhirnya tujuan keuangan yang lebih penting tidak dapat tercapai.

Lalu bagaimana cara mengatasi Impulsive Buying? Setidaknya ada 3 hal yang bisa dilakukan:

  1. Buat Anggaran bulanan.

Aturan pertama dari anggaran adalah pengeluaran harus lebih kecil dari pemasukan. Susun prioritas pengeluaran berdasarkan kebutuhan. Misalnya saat membuat daftar belanja bulanan, cek dulu apa saja keperluan yang memang sudah habis dan perlu segera dibeli. Saat belanja, jangan beli apapun yang tidak ada di daftar tersebut. Untuk persentase anggaran, kamu bisa gunakan metode 20-50-30 dengan detail 20% untuk tabungan dan investasi (termasuk dana darurat, sisihkan pertama kali saat menerima pendapatan). 50% untuk kebutuhan hidup seperti makan, minum, isi bensin atau angkutan umum, listrik, dan lainnya. Sedangkan 30% untuk keinginan seperti beli baju tambahan, liburan, dan makan enak. Untuk yang terakhir ini termasuk cicilan utang bulanan ya.

Baca Juga: Berusaha Keluar dari Gaya Hidup Hedonisme, Demi Menyelamatkan Masa Depanku

2. Buat Tujuan Keuangan.

Misalnya ingin beli rumah. Tetapkan jumlah yang ingin dicapai beserta tanggal, bulan, dan tahunnya. Berjanjilah kepada diri sendiri untuk memprioritaskan tujuan tersebut, sehingga tidak tergoda oleh hal-hal lain yang tidak direncanakan sebelumnya sampai target tercapai.

3. Ubah lingkungan.

Coba cek diri kamu sendiri dan lingkunganmu. Apakah kamu termasuk orang yang mudah terpengaruh? Kalau iya, maka kamu perlu membatasi pergaulan dengan orang-orang yang boros waktu dan uang. Kurangi window shopping baik di mall maupun di gadget. Tutup mata kalau lagi lihat sosmed selebritis yang sedang liburan, pake barang ini itu, atau sedang endorse jasa ini itu. Ini demi masa depan kamu dan keuanganmu lho 🙂

Nah urbansis, itu dia penjelasan mengenai Impulsive Buying. Sebisa mungkin rencanakan seluruh pengeluaran kamu dan disiplin dengan rencana tersebut. Lebih baik menahan pengeluaran di awal daripada menyesal kemudian kan?

Baca Juga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Menu