UrbanWomen – Aku Tatum, 40 tahun, ibu rumah tangga, di Jakarta. Aku adalah ibu dari 1 anak. Setiap hari aku sibuk membersihkan rumah, menyiapkan segala keperluan anak dan suami. Setelah menikah aku memutuskan untuk fokus mengurus rumah tangga. Suami mendukung keputusanku untuk tidak bekerja. Aku kira, menjadi ibu rumah tangga itu tidak sesulit yang dibayangkan, ternyata sama saja. Setiap hari melakukan aktivitas yang sama membuat aku stres.
Aku tidak bisa menuntut banyak pada suami yang harus mengajak aku jalan-jalan setiap stres mengurus urusan rumah, karena suamiku juga sibuk bekerja. Mungkin karena banyak pekerjaan, suamiku jarang sekali membantuku melakukan pekerjaan. Tapi, itu tidak masalah yang terpenting bagiku dia sudah menjalankan tugas utamanya. Ada beberapa hal yang sebetulnya sepele, tapi sering dilakukan, yaitu tentang kebiasaan suamiku yang setelah menggunakan barang, tidak disimpan ke tempat semula. Begitu pula anak-anakku, yang setelah bermain tidak membereskannya lagi.
Kebiasaan itu yang terus-menerus diulangi membuat aku stres, belum lagi masih banyak pekerjaan yang aku perlu lakukan, seperti mencuci pakaian, dan lain sebagainya. Karena rumah sering berantakan lagi walau sudah dibersihkan, dulu aku memilih untuk keluar rumah dan marah-marah pada suami dan anak-anak. Tapi, semakin lama aku sadar bahwa hal ini tidak bisa menyelesaikan permasalahan beberes rumah. Karena tetap saja, alhasil rumah akan tetap berantakan. Yang ada, rumah semakin berantakan saja.
Karena aku lebih berkutat di urusan domestic, satu persatu aku coba selami dan pahami tentang bagaimana, apa yang harus dilakukan ketika menghadapi hal-hal seperti ini di rumah. Ternyata, banyak hal menarik yang bisa aku pelajar, termasuk melakukan bersih-bersih saat emosi atau karena stres, akhirnya melakukan kegiatan bersih-bersih saja.
Aku coba mencari tahu bagaimana cara memulai beberes sebagai terapi stress. Cara pertama yang aku lakukan yaitu dengan tidak marah-marah dan mulai membersihkan. Dulu aku sering kali marah, padahal hal ini tidak akan membuat ruangan kita bersih. Apalagi sampai menuduh orang lain yang menyebabkan rumah kotor. Jadi, sebaiknya mulailah dengan membersihkannya sendiri. Kedua, ketika kesal melihat rumah kotor, aku biasanya akan menarik nafas dalam-dalam, lalu keluarkan. Ini membuat aku tidak mudah marah.
Baca Juga: Healing Gratis Lewat Bersih-Bersih, Emang Bisa?
Ketika, biasanya aku akan membersihkan tempat terdekat terlebih dahulu. Aku memulainya dengan membersihkan area yang paling sering aku gunakan. Lalu yang terakhir bisa dengan fokus membersihkan saja. Saat sedang stress atau emosi, tapi kita memilih fokus untuk melakukan kegiatan bersih-bersih rumah, lama-kelamaan emosi itu akan hilang dengan sendirinya. Karena ketika aku melakukannya, justru pikiran kita akan muncul distraksi positif, seperti ide untuk melakukan sesuatu, ataupun menikmati bagian bebersih itu sendiri.
Aku juga tidak langsung memahami bahwa emosi itu bisa disalurkan melalui kegiatan bersih-bersih. Dulu, aku bisa sangat marah jika melihat tempat kotor dan memilih untuk mencari siapa dalangnya. Tapi ternyata, melakukan sesuatu untuk bisa membersihkannya itu jauh lebih baik karena ada perubahan yang kita lakukan.
Sumber: Tatum, 40 tahun, nama disamarkan, di Jakarta