Menikah Bukan untuk Menuruti Tuntutan Sosial

Menikah Bukan untuk Menuruti Tuntutan Sosial

Pandangan Pria

Halo Urbanesse, pada kategori artikel mengenai pandangan laki-laki, kali ini Urban Women berbincang dengan Ivan, 28 tahun, menikah, dan bekerja. Kami mengobrol seputar tema artikel bulan ini, “Pilihanmu atau Pilihan Masyarakat”. Seperti apa menurut Ivan tentang perempuan yang belum menikah di usia yang sudah sangat cukup, terlebih dalam menghadapi omongan orang dan tuntutan keluarga yang menyegerakan untuk menikah? Simak, Yuk!

“Menurut saya, jika kamu bahagia dengan pilihanmu sekarang, jangan menuruti tuntutan sosial di lingkunganmu. Begini, menikah itu bukan sekedar memenuhi tuntutan sosial, cemoohan, dan berbagai shaming tidak akan pernah berhenti. Tidak bermaksud menakuti ya, tapi banyak juga penyebab perceraian karena ‘pernikahan yang dipaksakan’.
Bukan pernikahan model Siti Nurbaya dan Datuk Maringgih yang dijodohkan, ya. Lebih karena tekanan sosial, karena tidak ingin disebut perawan tua dan malu bertemu keluarga jauh saat liburan. Perempuan atau laki-laki berhak menentukan tanpa tekanan sosial.

Memilih pasangan itu tidak mudah bagi saya. Perlu cari tahu calon pasangan lebih dalam. Entah itu kebiasaannya, tingkah laku, perilakunya, sikapnya, dan emosinya. Kalau sudah merasa cocok pun jangan dulu mengiayakan. Masih ada tahap lanjutannya, perlu kenal keluarganya, bagaimana pola asuhnya, bagaimana orangtunya membesarkannya. Menikah itu tidak sederhana. Bukan hanya cinta di antara dua insan melainkani mempersatukan dua keluarga yang punya perbedaan latar belakang, beda budaya, bahkan beda status sosial. Perlu juga dipastikan semuanya berjalan dengan visi yang sama. Kedengarannya ribet, ya?

Pengalaman sendiri, saya menikah dengan perempuan yang saya kenal kurang lebih 11 tahun, kenal sejak 2009. Banyak waktu kami habiskan bersama, tujuannya untuk mendalami karakter masing-masing. Dengan begitu, ketika menikah kami tak lagi terkejut oleh kebiasaan buruk masing-masing, sudah terbiasa. Kami yang sudah lama saling kenal ini tetap tidak terhindar dari masalah dan konflik selama berumah tangga.

Jangan lupa, Kenali Dirimu Sendiri
Ini juga penting. Sebelum berhadapan dengan pasangan yang entah dari mana dan kapan, coba sesekali renungkan apa yang selama ini diimpikan. Banyak orang tanpa pasangan bisa menghabiskan waktunya sendiri dengan berbagai cara untuk membahagiakan diri sendiri. Jangan pedulikan apa kata orang. Misalnya, ‘Banyak traveling mungkin karena mau melampiaskan kesepiannya saja’.

Sendiri bukan berarti merana dan sedih. Sebaiknya jangan bandingkan diri yang bisa bebas melakukan apa saja dengan orang lain yang sudah berkeluarga. Kita tidak tahu apa saja yang sudah mereka lewati sampai ke titik ‘seolah-olah bahagia’ itu. Fokuslah pada diri sendiri.

Usia pernikahan saya sendiri belum lama, baru dikaruniai anak satu berumur satu tahun yang sedang lucu-lucunya. Tapi kami sampai ke tahap ini karena saya dan istri sudah melewati banyak hal berdua. Bergadang semalaman mengurus si kecil, bahkan sampai tidak tidur, atau sulitnya mengeluarkan ASI pertama. Satu hal yang membuat kami bisa terus melaju adalah bonding yang kuat antara saya dan istri, yang sudah kami tanamkan jauh jauh hari sebelum menikah.”

Jadi, Urbanesse, menurut Ivan pilihan yang kita ambil harus benar-benar dari diri sendiri, bukan karena tekanan sosial. Cuma kita yang menjalani dan bertanggungjawab atas keputusan yang kita ambil. Tetap fokus dengan apa yang kamu lakukan saat ini, karena semuanya akan datang di waktu yang tepat. Khawatir dan cemas itu wajar sekali dialami. Tapi yang terpenting cara kita untuk mengendalikan itu semua. Tetaplah lakukan hal yang bermanfaat sambil menunggu “waktu yang tepat” itu datang. Tetap semangat ya, Urbanesse! (*)

Sumber: Ivan Adhitya Sulaeman

Baca Juga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Menu