Urbanwomen – Namaku Dilla, aku akan berbagi sedikit cerita kenapa aku memutuskan untuk tidak terburu-buru menikah hingga akhirnya memutuskan menikah di usia 29 tahun. Dari dulu, aku termasuk orang yang santai dalam urusan percintaan, bahkan menikah bukan suatu prioritas utamaku. Ketika lulus SMA banyak teman-teman yang sudah memilikirkan jodoh, tapi aku tidak demikian. Aku hanya berfikir untuk membahagiakan diri sendiri dan orangtua. Kemudian, ketika usiaku 27 tahun hanya aku yang belum menikah. rata-rata, temanku sudah memiliki anak.
Nah, ketika di usia 27 tahunlah aku mulai serius mencari pasangan. Beberapa orang ada yang bertanya, “kenapa di usia 27 tahun? Itu kan usia yang sudah tua bagi seorang perempuan menikah?” Jadi begini, ketika aku berusia 23 tahun aku pernah memiliki seorang pacar yang usianya 5 tahun lebih tua dan dia serius denganku, tapi orangtua tidak merestui karena suatu alasan yang tidak bisa aku ceritakan.
Dari situ, aku makin makin santai menjalani hidup soal percintaan. Bukan orangtua yang menuntut atau menanyakan aku kapan menikah, tapi lebih ke lingkungan. Ketika usiaku 25 tahun, aku masih memiliki masalah soal karier. Bahkan aku hampir depresi saat itu karena masalah pekerjaan. Jadi aku berfikir masih banyak hal yang lebih penting dipikirkan daripada soal percintaan. Ketika itu, masih banyak yang bertanya “kapan kawin, kapan nikah, kapan nyusul?”. Tapi aku menanggapi dengan santai karena mereka tidak tahu masalah hidupku yang sebenarnya.
Mungkin mereka berfikir dengan bertanya hal itu, menunjukkan jika mereka peduli. Padahal, tidak seperti itu caranya. Orang yang benar-benar peduli akan mendoakan kita, bukan hanya bertanya kapan waktunya. Ketika usia 27 tahun, setelah menjalani beberapa bulan hubungan, ketauanlah sifat aslinya pasanganku yang ternyata ringan tangan. Bayangkan, jika aku terburu-buru memutuskan menikah dengannya hanya karena tuntutan lingkungan untuk segera menikah, bagaimana nasibku saat ini?
Setelah itu, bertemu kembali dengan seseorang yang bicaranya kasar juga. Tiap ada masalah, dia selalu lapor ke orangtua. Bahkan, ketika pisah saja orangtuanya yang menghubungiku. Sampai akhirnya aku berfikir “mungkin gue nikah di usia 30 tahun ke atas”. Namun, takdir berkata lain. Secara tak sengaja, aku bertemu dengan seseorang yang pernah dekat denganku 10 tahun lalu, namanya Aditya yang sekarang jadi suami. Dia sosok yang sederhana dan kali ini aku memilihnya atas dasar keinginan diri sendiri bukan karena tuntutan siapapun. Kemudian mas Adit bertemu dengan keluarga untuk melamar pada tanggal 29 Maret 2019, kemudian memutuskan menikah 14 Agustus 2019.
Memang, akan banyak kisah yang akan kita lalui sebelum bertemu dengan orang yang tepat. Jangan terlalu mendengarkan ocehan orang. Pesanku, jangan terlalu diambil pusing ketika orang bertanya “kenapa belum menikah?”, karena nyatanya menemukan orang yang tepat tidak mudah. Tetap fokus dan peduli dengan diri kita ya.
Sumber: Twitter @adillahendi