waktu-muda

Menyesal karena Menyia-nyiakan Waktu Muda, Aku Merasa Tak Punya Kemampuan

Kisah Utama

UrbanWomen – Aku Tania, 28 tahun, karyawan swasta, di Jakarta. Aku berasal dari keluarga yang cukup berada. Aku adalah anak pertama dan memiliki 1 adik perempuan. Kedua orang tuaku sama-sama bekerja, sehingga ekonomi keluarga cukup stabil. Karena merasa orang tuaku banyak uang, aku menjadi anak yang malas-malasan belajar. Dulu, aku tidak mementingkan belajar. Sering bolos sekolah dan lebih memilih bersenang-senang dengan yang lain. Jika aku tidak memiliki uang, ibuku selalu memberi. Aku merasa bahwa sekolah itu tidak penting “untuk apa aku rajin belajar dan sekolah, kan orang tuaku sudah kaya.”

Sampai lulus SMA aku masih mengandalkan mereka untuk mendapatkan uang. Mereka banting tulang hanya untuk membiayai hidupku dan adik. Mereka tidak pernah marah padaku. Hingga suatu saat, tiba-tiba saja usaha ayahku bangkrut. Hanya ibu yang bekerja untuk membiayai hidup kami. Kondisi ekonomi keluarga yang berantakan, membuat aku menyesal karena tidak memanfaatkan masa mudaku dengan sungguh-sungguh. Menyesal, karena aku tidak belajar dan selalu beranggapan bahwa orang tuaku memiliki banyak uang selamanya. 

Meskipun ibu tidak pernah memarahiku yang belum memiliki penghasilan setelah lulus sekolah, tetap saja aku merasa menjadi beban keluarga. Terlihat di raut wajah ibu yang begitu lelah bekerja. Sedangkan ayah terpaksa bekerja serabutan. Dari sinilah aku mulai merasa bahwa aku tidak bisa seperti ini terus. Rasa menyesal terus-menerus menghantuiku. Aku takut,  tidak bisa membahagiakan mereka karena aku tidak memiliki kemampuan apapun. Aku juga takut, mereka akan pergi terlebih dahulu sebelum aku membahagiakan mereka. Tiap hari, aku selalu menyalahkan diri sendiri.

Aku hanya bisa menangis dan memikirkan semua hal yang belum tentu terjadi. Khawatir tentang masa depan, tapi tidak bisa apa-apa. Belum lagi jika melihat pencapaian teman-temanku yang sudah mendapatkan pekerjaan. Cukup lama aku menutup diri dari lingkungan. Namun, aku sadar bahwa aku tidak bisa seperti ini terus. Sekitar 4 tahun lamanya, aku tidak bekerja. Aku merasa tidak percaya diri karena tidak memiliki kemampuan apapun. Beruntung aku dipertemukan dengan temanku yang begitu baik. 

Dia memberitahu bahwa ada lowongan di tempatnya bekerja, tapi memang gajinya tidak besar. Dari sini, aku mulai bertekad untuk belajar lebih giat dan memulai semuanya dari nol. Untuk bisa diterima di pekerjaan ini, butuh perjuangan yang luar biasa. Belum lagi jika aku kena teguran di pekerjaan. Terkadang aku merasa sangat bodoh karena tidak mengerti apapun. Namun, aku yakin, tidak ada kata terlambat. Aku belajar dengan giat setiap hari mengikuti pelatihan, dan semakin lama kehidupanku juga semakin membaik. 

Baca Juga: 4 Langkah Memaafkan Diri Sendiri dan Manfaatnya untuk Kesehatan Mental

Sedikit demi sedikit aku sudah mulai bisa membantu perekonomian keluarga. Aku merasa tak lagi menjadi beban keluarga, meskipun orangtua tidak pernah menuntutku menjadi apa yang mereka mau. Keuangan kami juga mulai membaik dan aku sadar bahwa sebenarnya aku memiliki kemampuan, sama dengan temanku yang lain. Hanya saja selama ini aku tidak pernah mau mengasahnya. 

Sekuat apapun penyesalan kita kepada kesalahan di masa lalu, pada akhirnya kita tidak bisa memutar kembali waktu dan memperbaikinya. Apa yang sudah terjadi, tak akan pernah bisa kita ulangi. Boleh saja untuk mengevaluasi kesalahan di masa lalu, tetapi tidak baik untuk menyesalinya terus menerus.

Sumber: 28 tahun, nama disamarkan, di Jakarta

Baca Juga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Menu