UrbanWomen – Aku Miranti, 26 tahun, karyawan swasta, di Jakarta. Aku bekerja di salah satu perusahaan cukup besar. Gaji yang cukup besar tentu tak lepas dari beban pekerjaan yang berat. Lingkungan pekerjaan yang cukup buruk terkadang membuat aku menjadi malas-malasan bekerja. Tapi di sini lain, begitu banyak kebutuhan yang perlu aku cukupi. Apalagi, aku juga ikut membantu biaya adik sekolah.
Di kantorku, untuk mendapat cuti rasanya sulit sekali. Mengerjakan pekerjaan hingga lembur seakan-akan sudah menjadi makanan sehari-hari. Sejujurnya, aku sering merasa kelelahan karena beban dan tekanan pekerjaan yang cukup besar. Kadang, aku memaksakan diri untuk tetap bekerja walaupun lelah. Aku sempat mengalami burnout. Merasa khawatir yang berlebihan terhadap hal-hal yang belum pasti.
Ketika ada isu bahwa krisis ekonomi akan terjadi, aku merasa sangat ketakutan. Meskipun ketika terjadi PHK besar-besaran, aku tidak terkena dampaknya. Kesehatanku juga ikut terganggu, aku sering menunda makan demi menyelesaikan pekerjaan.
Sampai tibalah waktu yang sudah lama dinantikan oleh para karyawan, yaitu libur akhir tahun. Aku sangat menantikan ini sejak lama. Aku bisa mengambil cuti, meskipun hanya sebentar. Aku menghibur diri dengan pergi liburan bersama keluarga. Rasanya sangat menyenangkan sekali dan meningkatkan semangat, karena bisa menghabiskan banyak waktu dengan keluarga.
Namun, perasaan sedih juga muncul saat liburan berakhir. Membayangkan akan masuk kerja kembali rasanya berat sekali. Bahkan sempat terbesit dipikiranku untuk resign saja. Tapi, aku ingat kembali bahwa masih banyak tanggungan yang mesti diselesaikan. Keesokan harinya masuk kerja, rasanya aku kesulitan berkonsentrasi dan merasa sangat lelah. Bukan lelah karena liburan, tapi jenuh karena akan menjalani rutinitas kembali. Suasana hatiku juga sering menjadi buruk sehingga mudah marah.
Beberapa orang sekitar yang menyadari beberapa perubahanku sempat bertanya kenapa akhir-akhir ini aku terlihat tidak fokus dan mudah marah. Ini berlangsung selama kurang lebih 2 minggu. Dari sini aku memulai obrolan dengan mereka tentang apa yang aku rasakan. Mereka berusaha memahamiku, dan mengajakku untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan, seperti berolahraga bersama yang mampu membantuku mengurangi stress.
Tiap pagi, aku juga menyempatkan waktu untuk keluar rumah untuk menghirup udara segar. Di hari libur aku menyempatkan waktu untuk menonton film kesukaanku sebagai hiburan. Mengingat keluarga yang masih perlu aku bantu juga membuat aku semangat kerja kembali. Aku sadar, memang semakin dewasa maka akan semakin banyak pula tanggungan hidup. Aku harus bisa menjalani dan menghadapinya. Aku tidak takut bercerita dengan orang sekitar atau keluarga karena ini sangat membantuku untuk tidak merasa tertekan terus-menerus. Aku juga membuat rencana liburan berikutnya yang membuatku semangat bekerja lagi.
Baca Juga: Yuk Atasi Sindrom Pasca Liburan dan Mulai Tahun Baru dengan Semangat Baru
Memang, menghabiskan waktu liburan dengan melakukan hal-hal yang menyenangkan, bisa membuat siapapun tak ingin berpisah. Merasakan ini adalah hal yang wajar. Tapi, jangan karena perasaan sedih sesaat menghentikan rencana masa depan yang sudah kamu susun rapi. Beristirahat sejenak, setelah itu mulailah kembali menyusun rencana untuk menggapai masa depan yang cerah dengan bekerja keras kembali.
Sumber: Miranti, 26 tahun, nama disamarkan, di Jakarta