Pergi Demi Kebaikanku Sendiri

Kisah Utama

Urbanwomen – Hai, perkenalkan namaku Della, 24 tahun, buruh pabrik. Dulu aku selalu sulit memilih lingkungan pertemanan yang tepat. Aku menganggap semua teman sama. Ternyata ada beberapa hal yang cukup menyakitkan untuk diingat saat aku terjebak lingkungan yang toxic.

Ketika itu aku baru saja duduk di bangku perkuliahan. Aku yang dulunya pemalu lantas bertekad menjadi orang yang supel dan beranjak ke sana-sini memperkenalkan diri. Dari situlah aku mulai memiliki 4 orang sahabat perempuan yang menyenangkan. Semester demi semester, aku aktif dalam organisasi intra kampus, begitu juga dengan mereka. Semuanya terasa menyenangkan bagiku, hingga hari itu tiba, hari ketika aku mulai mendapat perasaan tidak nyaman karena berbagai sindiran yang dilontarkan untukku.

Saking banyaknya kenalan, bisa saja seharian hanya aku yang disapa oleh banyak teman sekampus. Sahabat-sahabatku itu menganggapku populer karena banyak orang menyapaku di sana-sini. Semula kukira anggapan itu cuma candaan dan aku tertawa saja menanggapinya. Tapi kulihat ekspresi wajah mereka seperti tidak sedang bercanda. Aku jadi curiga. Ada apa ini?

Hingga suatu hari salah seorang dari mereka berkata dengan nada menyindir, “Kok cuma Della yang disapa? Kita kok enggak, kan mereka juga kenal kita. Dikira kita ini pengawal Della ya.” Ketika aku mencoba berbaur dan berbicara dengan teman lain di kelas, mereka saling berbisik sambil menatapku sinis. Setelah aku kembali berbicara dengan mereka, mereka malah bersikap cuek. Kutanya ada apa, mereka tidak mau menjawab.

Mereka juga menunjukkan sikap tidak mengenakkan soal dosen. Wajar saja rasanya aku dikenal oleh banyak dosen karena aku sering terlibat dalam tanya-jawab di kelas. Tapi mereka tidak menganggapnya demikian. “Tuh, Del, sugar daddy-mu udah dateng”, celetuk mereka dengan wajah judes. Jelas tidak dengan niat bercanda. 

Pendeknya, mereka, sahabat-sahabatku ini cemburu.

Aku tidak pintar, jadi seharusnya kecemburuan mereka bukan soal prestasi akademik. Aku merasa sakit hati. Aku merasa sindiran yang melibatkan tenaga pendidik sangatlah keterlaluan. Bagaimana kalau didengar orang lain yang langsung mempercayai omongan mereka itu? Bisa menjadi fitnah.

Setelah kurang lebih 3 tahun bersama aku mulai sadar. Memilih lingkungan pertemanan itu sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan diri. Perlahan aku mulai meninggalkan sahabat-sahabatku itu dan berteman dengan mereka yang mendukungku dalam banyak hal.  Selama itu aku mengira bahwa semua orang akan bersikap baik pada sahabat. Nyatanya,  banyak kasus sahabat yang saling menyakiti. 

Kulakukan hal-hal yang menurutku benar. Kusampaikan pada mereka bahwa aku tidak bisa berteman lagi kalau mereka masih bersikap seperti itu padaku. Tidak ada kebencian dalam diriku, hanya kekecewaan. Aku juga berharap mereka belajar mengembangkan diri supaya masa depan mereka berjalan sesuai yang diharapkan. 

Aku tidak pernah menyesali keputusanku. Semua kulakukan demi kebaikan diriku. Aku mulai melakukan konseling pada psikolog yang memulihkanku dari trauma berteman. Aku juga mendapatkan teman-teman baru yang mendukungku dan tidak pernah berbicara buruk tentang diriku. 

Aku tahu banyak perempuan terjebak dalam lingkungan yang meracuni.  Aku tahu, sulit rasanya meninggalkan lingkaran itu hanya karena kita tidak ingin sendirian. Ketahuilah, dunia ini sangat terbuka bagi siapapun yang hendak melangkah ke luar zona nyaman. Kita cuma butuh keberanian. Kita harus bergerak demi masa depan diri kita. Jangan biarkan orang lain mengambil kepercayaan diri, prestasi, dan kelebihan kita. Pikirkan baik-baik, dengan siapa kita ingin melangkah di masa depan. Siapa saja orang yang kamu harapkan hadir mendukungmu dalam meraih impianmu? Pikirkan saja, apakah mereka yang menyakitimu pantas untuk ikut merasakan masa depanmu yang cerah?

Tanamkan dalam pikiran bahwa diri kita adalah entitas yang bebas. Kita bebas memilih dengan siapa kita berteman, pada siapa hati kita tertambat, dan untuk siapa kebahagiaan kita. Cintailah diri sendiri, dengan begitu kita akan tahu batas yang tidak boleh dilewati oleh orang lain.

Baca Juga: 5 Hal Ini Menandakan Kamu Harus Mencari Lingkungan Baru yang lebih Baik

Berikan penghargaan pada diri sendiri meski tidak satu pun orang menghargaimu. Berikan kehangatan pada jiwamu sendiri meski tidak ada orang yang menghangatkan tubuhmu. Beri hidupmu memori indah dalam perjalanan hidup ini, bahwa tak seorang pun boleh menyakiti kita. Yuk. belajar mencintai diri sendiri dan melepaskan hal-hal yang merugikan karena kita terlalu berharga untuk disakiti.

Sumber: Aldella

Baca Juga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Menu