hubungan-beracun

Punya Pacar Kasar Sampai Alami Gangguan Mental, Kini Aku Sedang Memulihkan Diri

Kisah Utama

UrbanWomen – Aku Dea, 22 tahun, mahasiswa, di Jakarta. Selama 2 tahun, aku terjebak dalam kondisi hubungan yang toxic. Dia berani berbuat kasar, seperti menampar dan mencekik. Sebelum mengenalnya, aku sudah lebih dahulu mengenal pria lain. Ketika itu aku masih sangat lugu dan sedang patah hati. Aku percaya jika pria yang sebelumnya akan menikahiku, akhirnya aku diajak ke hotel. Namun, setelah mantanku ini mendapatkan hal yang dia inginkan, dia menghilang.

Saat sedang merasa terpuruk, aku bertemu dengan pacarku. Di awal berpacaran dia sangat perhatian. Aku merasa bahwa dia adalah orang yang bisa membuatku bangkit. Dia merawatku seperti membersihkan kuku dan membuatkanku makan siang. 

Tahun 2021, perilaku kasarnya mulai terlihat. Dia mulai berani kasar padaku, pernah ingin memukulku tapi dia masih berusaha menahannya sehingga dinding yang terkena pukul olehnya. Dia sangat mudah marah, meskipun masalahnya sepele. Misalnya, seperti ketika aku minta tolong untuk dicarikan flashdisk yang hilang karena aku lempar barang-barang, dia emosi lalu mencekik leherku. Aku juga pernah didorong ke dinding sampai kepalaku sakit selama 3 hari, tapi dia tidak ada pernah meminta maaf padaku.

Memang, dulu aku sangat ketergantungan padanya. Mungkin karena ini dia lelah menghadapiku, tapi aku seperti ini karena dia juga membuatku ketergantungan padanya. Ketika aku ingin mencoba agar tidak ketergantungan dengannya, dia pasti bilang “kamu engga butuh aku lagi?” Di sini, aku merasa bersalah dan makin ketergantungan. 

Aku memilih untuk tetap mempertahankan hubungan ini, karena takut tidak ada yang mau menerima aku yang tidak perawan lagi. Saat itu, hanya dia yang bisa menerima aku apa adanya. Meskipun aku tau jika hubungan ini sangat toxic, tapi aku tetap paksakan bertahan. Tidak ada orang yang mengetahui hubunganku yang seperti ini. Tiap dia memukulku hingga berbekas, dan ada orang yang bertanya, aku selalu berusaha menutupinya dan beralasan jika aku habis terjatuh. Aku selalu ingin dia memiliki citra bagus di keluarga dan lingkunganku.

Hubungan kami semakin toxic, hingga akhirnya dialah yang memutuskan aku karena dia selingkuh dengan teman kerjanya sampai menikah. Aku merasa sangat stress. Hingga akhirnya aku memberanikan diri pergi ke psikiater dan didiagnosa terkena borderline personality disorder atau gangguan kepribadian ambang tapi masih gejalanya saja. Aku semakin terpuruk dan sering membanting barang. Biasanya, seseorang yang mengalami gangguan kepribadian ini memiliki cara berpikir, cara pandang, dan perasaan yang berbeda dibandingkan dengan orang pada umumnya. Kondisi ini sering kali menimbulkan masalah tiap berhubungan dengan orang lain.

Adapun terapi yang dilakukan saat itu dengan cara berdialog, tujuan agar pengidap dapat mengendalikan emosi, menerima tekanan dan memperbaiki hubungan dengan orang lain. Lalu, ada pula terapi mentalisasi untuk memeriksa pikiran dan keyakinan sendiri dan menilai apakah itu berguna, realistis, dan sesuai kenyataan. Sampai saat ini aku masih berproses untuk penyembuhan.

Baca Juga: Ciri Pasangan Ini ‘Berpotensi’ Melakukan Kekerasan dalam Hubungan Loh

Aku juga sempat menyalahkan diri sendiri, mungkin dia selingkuh karena sudah lelah sikapku. Padahal, aku seperti itu karena kesehatan mentalku yang terganggu. Bahkan, aku sempat menghubunginya lagi dan meminta maaf atas kesalahan yang aku lakukan, karena aku terkena BPD. Tapi dia tidak bisa kembali, karena sudah menjalin hubungan dengan orang lain. Aku coba menerima kenyataan dan yakin, bahwa kejadian ini membuatku menjadi orang yang lebih dewasa lagi kedepannya

Kini aku menjadi lebih selektif lagi dalam memilih pasangan. Tak ingin terburu-buru dan lebih berusaha untuk bisa mencintai diri sendiri dulu agar tahu batasan kapan kita harus pergi atau menetap. Yakin, bahwa pasti ada yang akan menerimaku dengan tulus tanpa melihat masa laluku seperti apa.

Sumber: Dea, 22 tahun, nama disamarkan, di Jakarta

Baca Juga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Menu