Punya Pekerja Rumah Tangga

Punya Pekerja Rumah Tangga, Aku Sudah Menganggapnya Seperti Keluarga Sendiri

Kisah Utama

UrbanWomen – Aku Yena, 43 tahun, karyawan swasta, di Jakarta. Aku adalah seorang ibu dari dua anak. Tak hanya mengurus anak, aku juga sibuk bekerja, sehingga jarang sekali memiliki banyak waktu untuk membereskan rumah. Sedangkan suamiku, juga sibuk bekerja. Inilah alasannya kenapa aku memilih untuk memiliki pekerja rumah tangga.  Sampai suatu ketika, ada temanku yang merekomendasikan orang yang biasa bekerja sebagai pekerja rumah tangga.

Sebut saja ibu Asih, dia merantau ke Jakarta demi menghidupi kedua anak-anaknya. Sedangkan suaminya sudah lama meninggal. Kedua anaknya diasuh oleh orang tua ibu Asih. Semua ini dia lakukan demi masa depan anak-anaknya. Aku merasa sangat prihatin dengan kisah ibu Asih. Sehingga aku menerima dia sebagai pekerja rumah tangga di rumahku.

Semula, aku merasa biasa saja padanya. Aku menganggap bahwa dia hanyalah orang yang bertugas membersihkan rumahku. Hingga tiba waktunya ketika Hari Raya Idul Fitri. Ibu Asih pergi ke kampung halamannya. Akulah yang menggantikan tugasnya sementara waktu. Aku pikir, ini pekerjaan mudah jika dilakukan tepat waktu. Lagi pula, sebelumnya aku juga melakukan hal yang sama dan bisa walaupun terasa cukup berat menjalaninya.

Tapi ternyata aku salah. Baru seminggu aku menggantikan posisi sebagai PRT (pekerja rumah tangga), aku sudah merasa kelelahan dan stress, karena aku juga sambil mengurus cukup banyak pekerjaan. Semua tenaga terasa terkuras. Dari sini aku sadar, bahwa menjadi PRT  itu tidak mudah. Aku jadi merasa bersalah yang beberapa kali menegur bu Asih karena masih ada lantai yang kurang bersih.

Setelah pergi, kurang lebih selama 1 minggu, bu Asih kembali bekerja. Aku mulai belajar bagaimana cara supaya bu Asih merasa tidak dibeda-bedakan. Aku mulai belajar bagaimana cara memperlakukan dia dengan baik. Aku mengajaknya jalan-jalan dan makan bersama. Awalnya dia merasa sangat sungkan, tapi aku bilang bahwa kita sudah seperti keluarga. Jadi kita tidak membeda-bedakan dia sebagai PRT. Semuanya sama rata.

Meskipun aku memiliki pekerja rumah tangga, tetap saja aku akan menegur anak-anak jika menyuruh PRT semua mereka. Seperti bu Asih yang awalnya hanya bertugas untuk mencuci piring dan bersih-bersih rumah, lalu anakku menyuruh untuk memasak dan lain sebagainya, aku akan menegur anakku.

Baca Juga: Jadi Ibu Rumah Tangga atau Ibu Bekerja?

Jika ada pekerjaan bu Asih yang kurang sesuai, aku akan membicarakannya baik-baik dan terbuka. Aku berusaha untuk tidak menyindir atau bahkan berkata jahat padanya. Aku juga memperlakukan Bu Asih seperti keluarga sendiri, misalnya makan di meja makan yang sama, duduk di kursi yang sama, dan tidak membeda-bedakan makanan yang dikonsumsi. Ibu Asih merasa senang diperlakukan seperti ini, karena mengingat keluarganya yang cukup jauh. Hingga kini dia sudah aku anggap sebagai keluarga sendiri. Dan rasanya lega sekali bisa memperlakukan orang dengan baik.

Terlepas dari alasan kita mempekerjakan pekerja rumah tangga, perlu dipahami kalau sebagai bos kita juga harus menjaga attitude yang baik. Karena mereka itu berharga. Bayangkan, jika mereka tidak ada, betapa repotnya kita mengurus semuanya sendiri. perlakukanlah mereka dengan baik sebagaimana dirimu ingin diperlakukan oleh orang lain.

Sumber: Yena, 43 tahun, nama disamarkan, di Jakarta

Baca Juga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Menu