Selalu-Dibanding-bandingkan-dengan-Mantannya-Aku-Memilih-Berpisah-karena-Menyiksa

Selalu Dibanding-bandingkan dengan Mantannya, Aku Memilih Berpisah karena Menyiksa

Kisah Utama

UrbanWomen – Aku Ika, 45 tahun, karyawan swasta, di Jakarta. Pernikahanku berakhir dengan perceraian. Aku merasa tidak bahagia, karena selalu dibanding-bandingkan dengan masa lalunya. Memang kesalahanku yang sudah mengetahui sejak pacaran bahwa dia begitu, tapi tetap saja dilanjutkan. Kesalahanku juga yang justru ingin membuktikan bahwa aku bisa lebih baik dari mantannya. Di awal pernikahan, memang tidak ada masalah. Dia tidak terlalu sering membicarakan mantannya.

Aku sudah pernah berdiskusi dengannya, bahwa aku tidak suka dibanding-bandingkan dengan mantannya. Apapun yang aku lakukan, sebaiknya tidak dikaitkan dengan mantannya. Selama berpacaran, memang dia pernah bercerita tentang masa lalunya. Dia terpaksa mengakhiri hubungan karena mantannya akan kerja jauh. Dia tidak bisa LDR, hingga akhirnya mereka putus.

Dia sempat bercerita, kalau mantannya itu begitu perhatian padanya saat mereka berpacaran. Mantannya suka sekali memasak untuknya. Mungkin, dia menceritakan ini supaya aku bisa melakukan hal yang sama. Tapi aku tidak menyadarinya saat itu. Saat pacaran, aku melakukan banyak hal supaya dia merasa nyaman. Mulai dari belajar masak, dan selalu memberi perhatian padanya.

Hubungan kami berjalan dengan baik, bahkan dia tidak pernah lagi membicarakan masa lalunya itu. Sampai dia mengajakku menikah. Sejak awal, aku sudah bilang padanya bahwa aku ingin bekerja walaupun setelah punya anak. Dia menyetujui ini. Jelas saja, aku merasa sangat senang, ternyata dia bisa mendukungku. Memang, salah satu impianku ingin memiliki pasangan yang selalu mendukungku.

Setelah menikah beberapa tahun dan kami memiliki 1 anak, mulailah berdatangan masalah. Masa lalunya menjadi konflik rumah tangga kami. Aku sibuk bekerja, mengurus anak, dan suami. Hanya sedikit waktu yang bisa aku luangkan untuk memasak. Awalnya dia tidak masalah jika aku jarang memasak, karena dia tahu terkadang sesampainya di rumah aku masih menyelesaikan pekerjaan. Tapi bukan berarti aku tidak melayaninya. Tetap, aku sering memasak untuknya, hanya saja tidak setiap hari.

Sebetulnya, tidak masalah jika memang dia ingin memintaku masak setiap hari. Hanya saja, jangan sampai berujung dengan membanding-bandingkan aku. Dia bilang “Kamu emang beda sama mantanku yang sering masak, dan selalu perhatian sama aku. Sedangkan kamu selalu sibuk bekerja dan mengurus anak.” Sakit hati sekali mendengar ini, padahal aku bekerja juga bertujuan untuk membantu perekonomian keluarga.

Karena sering bertengkar, diam-diam dia mencoba untuk menghubungi mantannya kembali. Aku tidak berpikir bahwa dia akan melakukan ini. Ternyata, diam-diam dia berkomunikasi lagi dan hubungan mereka semakin dekat. Suamiku pandai menyembunyikan ini, aku mengetahuinya setelah aku melihat ada telepon masuk dan setelah aku angkat, suara wanita. Dari situ, aku mulai mencari tahu sendiri, siapakah dia.

Ya, ternyata memang benar itu adalah mantannya dulu yang selalu dia bangga-banggakan. Aku akhirnya membicarakan ini, dan memberinya kesempatan. Namun, tetap saja dia belum bisa move on dari masa lalunya. Aku merasa sangat stress, tidak fokus bekerja, dan menyalahkan diri sendiri. Setelah mempertimbangkan banyak hal, aku putuskan untuk berpisah. Tidak ada penyesalan darinya, justru mereka tetap melanjutkan hubungan hingga sekarang.

Baca Juga: Sering Membicarakan Hal Buruk Tentang Mantannya, Ternyata Dia Belum Move On

Dan kini, aku sibuk untuk berdamai dengan keadaan. Sedang berproses menerima, tanpa menyalahkan diri sendiri. Aku sibuk bekerja dan mengurus anak. Tidak ingin menerima orang baru terlebih dahulu. Tapi, setelah bercerai aku merasa jauh lebih baik.

Membuka hati untuk pria yang hatinya masih belum bisa berdamai dengan yang sudah berlalu bisa membuat dirimu sendiri menderita. Sebelum makin dibutakan oleh cinta, saatnya untuk lebih peka mencari tahu sebelum menjalin hubungan lebih serius, apakah pria yang saat ini bersama kamu sudah move on dari mantan atau belum.

Sumber: Ika, 45 tahun, karyawan swasta, di Jakarta

Baca Juga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Menu