Urbanwomen – Aku Marta, 33 tahun, ibu rumah tangga, di Jawa Barat. Sebelum menikah, aku dan suami berpacaran selama 3 tahun. Sekarang usia pernikahan sudah memasuki tahun ke-5 dan memiliki 1 anak perempuan. Selama memasuki kehidupan pernikahan, banyak sudah hal yang kami lalui bersama. Namun, itu juga belum cukup untuk mengenal sifat dan karakter masing-masing. Aku rasa, ini perlu dipelajari seumur hidup.
Dulu ketika berpacaran, memang beberapa kali kami sempat bicarakan tentang pernikahan. Seperti siapa yang akan mengelola keuangan, cara mendidik anak, dan mau tinggal di mana. Tapi, ada satu hal yang belum pernah kami bicarakan, dan kami baru mengetahui setelah menikah yaitu tentang bahasa cinta.
Berbeda saat pacaran, mungkin kita akan menunjukan sisi baik masing-masing. Namun ketika menikah, hanya karena perbedaan bahasa cinta kami beberapa kali bertengkar. Bahkan, aku pernah merasa bahwa dia tidak menyayangiku lagi seperti dulu ketika pacaran. Dia berubah setelah menikah. Tapi ternyata, setelah aku cari tahu lagi, aku baru mengetahui bahwa mengenal bahasa cinta masing-masing sangat penting untuk mengurangi konflik dalam hubungan.
Aku mendapat masukan dari beberapa teman bahwa kita juga harus memahami tentang bahasa cinta ini. Pantas saja, ketika aku mengatakan I love you padanya dia hanya menjawab cuek “aku juga.” Meskipun sepele, karena hal ini kadang aku merasa kurang dihargai hingga akhirnya kami bertengkar. Bahkan, aku sempat merasa bahwa sebetulnya aku dan suamiku tidak cocok.
Namun, ketika aku membuatkan suamiku makanan, atau memijatnya setelah pulang kerja, tanpa perlu aku suruh, dia memujiku dan mengungkapkan kata-kata sayang. Aku sempat heran kenapa dia seperti itu, “apa mungkin karena suasana hatinya sedang baik? Jadi dia melakukan itu?” Kataku.
Setelah aku tahu bahwa ada istilah bahasa cinta yang sangat berguna untuk mengekspresikan rasa cinta, rasa sayang, rasa kepedulian dan empatinya ke pasangan. Kemudian aku ajak suamiku untuk berdiskusi soal ini. Dia setuju, mungkin saja kesalahpahaman yang terjadi antara kita karena perbedaan cara mengekspresikan cinta.
Sejak itu, kami mulai mempraktekannya bersama-sama. Langkah pertama yang kita lakukan dengan komunikasi yang baik terlebih dahulu. Biasanya, aku bertanya padanya hal apa saja yang paling ia butuhkan supaya bisa merespon bahasa cintanya dengan tepat. Dengan begitu, kita akan merasa dicintai, dan dihargai oleh pasangan.
Baca Juga: Ini 4 Tanda Bahwa Tidak Ada Chemistry di Kencanmu Menurut Para Ahli
Ternyata, dia lebih suka jika aku melakukan suatu tindakan untuknya. Seperti memijat dia ketika lelah dan memasak makanan kesukaannya ketimbang memberikan kalimat pujian. Aku coba melakukan itu untuk memperbaiki hubunganku dengan suami. Begitupun sebaliknya, suamiku belajar untuk sering memberikan pujian padaku dan hadiah kecil. Ini membuat aku merasa lebih bahagia dan lega. Setelah melakukannya dalam waktu yang lama, kami berdiskusi kembali. Ya, ternyata dia merasa lebih bahagia, mungkin karena kebutuhan dasar dan keinginannya sudah terpenuhi. Hingga kini kami masih terus melakukannya, sehingga ketika ada kesalahpahaman, kami menjadi lebih mudah rujuk karena sudah mengetahui apa yang mesti dilakukan untuk memadamkan suasana.
Konflik dapat menjadi hangat kembali dengan lebih cepat jika saling mengetahui apa bahasa cinta pasangan. Adanya keterbukaan termasuk salah satu kunci untuk mengetahui bahasa cinta masing-masing. Jadi, baiknya kamu dan pasangan tidak perlu ragu atau bahkan malu untuk menanyakan perlakuan apa yang dia sukai dan diharapkan masing-masing ya.
Sumber: Marta, 33 tahun, nama disamarkan, di Jawa Barat