UrbanWomen – Pasangan yang share hubungan mereka lewat media sosial sering kali dapat komentar iri atau ada yang menginginkan hubungan cinta seperti yang di share dan ada juga yang menghujat karena dirasa berlebihan menunjukan kemesraan di depan umum.
Setiap pasangan yang berada dalam hubungan bahagia, sesekali mungkin ingin upload foto momen spesial mereka dan itu gak masalah. Tapi ada beberapa pasangan yang tampaknya sangat suka membagikan semua hal tentang hubungan mereka di media sosial, entah itu momen spesial, kegiatan sehari-hari bahkan masalah yang terjadi dalam hubungan.
Siapa nih diantara kamu yang suka begitu sist?
Kalau iya, tindakan itu termasuk oversharing lho!
Apa sih oversharing itu?
Kalau menurut Illinoisworknet, oversharing merupakan tindakan ketika seseorang berbagi informasi pribadi secara berlebihan kepada khalayak umum atau orang asing, dalam kasus ini melalui media sosial. Hal-hal yang dulu kamu anggap private kini jadi makanan sehari-hari di media sosial.
Perkembangan zaman dan trend, membuat orang berlomba-lomba membuat konten, sampai-sampai gak membatasi dirinya terkait informasi apa yang boleh dibagikan di media sosial. Situasi ini bisa juga digolongkan sebagai narsisme, yakni merasa diri sendiri sangat penting. Biasanya orang dengan narsisme kurang memiliki empati, keintiman, dan merasa sangat berhak akan sesuatu.
Wajar gak sih oversharing hubungan di medsos?
Segala sesuatu yang berlebihan itu gak baik sist, termasuk berbagi informasi tentang hubungan cinta kamu dengan pasangan. Mulai dari bisa mempengaruhi orang lain, membuat teman-teman di medsos jadi kesal, terjadinya cyber bullying atau perundungan dunia maya, sampai membukakan pintu untuk terjadinya cyber crime atau kejahatan di dunia maya.
Kenapa sih seseorang bisa oversharing?
Berikut beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang melakukan oversharing di media sosial.
- Rasa Cemas yang Berlebih
Beberapa orang melakukan oversharing saat dirinya merasakan cemas. Mereka akan berusaha untuk terlihat normal di antara orang-orang sekitar mereka. Saat sedang merasa cemas dan gelisah, agar terlihat baik-baik saja, seseorang akan mulai menceritakan kehidupan mereka.
Rasa cemas akan berdampak pada dirinya sendiri yang kemudian membuat mereka berpikir bahwa satu-satunya cara menenangkan diri adalah berbicara mengenai kehidupan mereka. Sehingga mereka akan menceritakan hal-hal pribadi yang seharusnya gak mereka bagikan, dalam kasus ini melalui media sosial, misalnya lewat Instagram story, whatsapp story, bahkan caption postingan foto mereka.
- Merasa Kesepian
Seseorang yang sering melakukan oversharing biasanya adalah orang yang sedang merasa kesepian. Mereka selalu menyangkal hal tersebut, dan mulai menceritakan hal mengenai dirinya kepada orang lain. Hal ini adalah cara mereka untuk merasa lebih dekat dengan orang-orang untuk bisa menciptakan hubungan yang baru.
Cara tersebut gak bisa dibenarkan karena bisa membuat orang lain merasa gak nyaman. Cara tersebut bukannya membangun hubungan baru justru bisa membuat orang lain merasa gak nyaman dan terganggu.
- Gak Punya Boundaries atau Batasan
Setiap hubungan perlu mempunyai batasan. Terkadang, orang yang melakukan oversharing gak tahu bagaimana caranya membuat batasan sehingga mereka selalu menceritakan semua hal mengenai hubungannya pada orang lain.
Baca Juga: Rela Mengorbankan Karir supaya Pacarku Tak Lagi Merasa Insecure
- Ingin Hubungannya diakui
Mereka yang melakukan oversharing merasa harus memposting banyak foto dengan pasangannya di semua platform media sosial untuk memastikan bahwa semua orang tahu kalau mereka sudah ‘laku’ dan sekarang berada dalam hubungan cinta yang bahagia.
Kemudian mereka menjadikan like di medsos sebagai sebuah validasi kalau hubungan yang dijalani memang “sebuah cinta sejati”, karena dia sendiri merasa gak bisa melakukan itu, sehingga butuh pengakuan dari orang lain melalui medsos.
- FOMO
Paul Booth, seorang profesor dari DePaul University Chicago menyebutkan kalau perilaku oversharing bisa disebabkan oleh perasaan fear of missing out (FOMO) atau takut ketinggalan tren, momen atau semacamnya. Misalnya, saat kamu melihat foto teman, selebriti atau bahkan orang asing melakukan sebuah tren dengan pasangan kamu merasa perlu melakukan itu agar gak ketinggalan, padahal mungkin tren tersebut bisa membawa dampak negatif pada hubungan kalian.