anak-melihat-kekerasan

Sering Tak Disadari, KDRT Juga Memberikan Dampak Pada Anak

Cinta & Relasi

UrbanWomen –

Novi Kosalina, M.Psi., Psikolog

Sist berita tentang kasus KDRT belakangan lagi ramai banget jadi perbincangan di sosial media. Nah menurut Blake Edwards (2019) Kekerasan rumah tangga terjadi dalam berbagai bentuk, seperti perdebatan tiada akhir, membentak, perilaku mengontrol, intimidasi, mengancam bunuh diri atau membunuh, serta kekerasan fisik yang bisa menyebabkan luka.

Tapi KDRT yang terjadi dalam rumah gak hanya akan terjadi dan berdampak pada korban atau pasangan yang mendapat kekerasan, tapi juga anak-anak mereka. The Centers for Disease Control and Prevention melaporkan bahwa kekerasan yang terjadi di rumah diantara pasangan, kemungkinan 45%-60% kekerasan tersebut juga dilakukan pada anak mereka, berarti 15 kali lebih tinggi dibanding rata-rata.  

Anak yang mengalami atau menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga akan hidup dalam ketakutan terus-menerus dan gak mendapat pengasuhan yang layak. Keadaan dalam kekerasan rumah tangga membuat orangtua secara emosional gak mampu hadir dan responsif terhadap kebutuhan anak, yang kemudian mengaktifkan rasa takut primal dan menjadi sarang untuk emosi kompleks dan gak tertangani.

Menurut Plumptre, E. (2021) Kekerasan dalam rumah tangga yang disaksikan anak bisa memberi dampak yang langsung terlihat maupun yang baru terlihat di masa yang akan datang, seperti:

  • Kecemasan, post-trauma stress disorder (PTSD), 
  • Kesehatan (mengeluh sakit kepala atau sakit perut), dan 
  • Perilaku agresif.

Sedangkan pada jangka panjang, berisiko mengalami 

  • Depresi, 
  • Masalah kesehatan (masalah jantung, obesitas, dan diabetes), dan 
  • Mengulangi pola kekerasan tersebut pada pasangan atau keluarganya.

Anak yang menyaksikan kekerasan rumah tangga lebih banyak mengalami kejadian seperti kesulitan tidur, mengompol, masalah verbal, motorik, dan kognitif, kesulitan belajar, melukai diri, agresif, dan perilaku antisosial, depresi dan kecemasan, selain itu berisiko mengulang siklus kekerasan dalam rumah tangga di masa dewasanya, dengan sebagian besar laki-laki menjadi pelaku dan korban kekerasan, semantara wanita kebanyakan menjadi korban (Brown and Bzostek, 2003).

Baca Juga: Demi Terlihat Kurus, Aku Rela Mengorbankan Kesehatan Sendiri

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efek psikologis menyaksikan kekerasan domestik yang terjadi di keluarga, diantaranya adalah: 

  • Sejauh mana pengalaman kekerasan yang dirasakan anak, usia anak, dan jenis kelamin.
  • Anak yang lebih jarang menyaksikan kekerasan serta memiliki interaksi positif dengan orangtua/pengasuh lain gak separah dengan anak yang mengalami agresi dengan frekuensi lebih sering dan ekstrim. 
  • Anak yang lebih muda mengalami gangguan psikologis yang lebih mengkhawatirkan dibanding anak yang lebih besar dan secara perkembangan lebih matang. 
  • Anak laki-laki cenderung menunjukkan perilaku yang di-eksternalisasi, seperti agresi dan mencari keributan, sementara anak perempuan cenderung masalah perilaku yang terinternalisasi, seperti penarikan diri di sosial dan depresi. 

Menurut Carlson, 2000; Edleson, 2011, & Hughes, et al., 2001 ada beberapa faktor protektif yang dapat mengurangi akibat terburuk, termasuk pengaruh terhadap kecerdasan anak dan kompetensi sosialnya, yaitu adanya hubungan aman dan suportif dengan setidaknya satu orang dewasa yang berpengaruh. 

Menyediakan Keamanan untuk Anak

Anak yang menyaksikan dan mengalami kekerasan dalam rumah tangga, cenderung memandang keluarga dan rumah adalah tempat yang gak aman. Bantu anak untuk memperoleh perasaan aman dengan memperhatikan keamanan baik fisik maupun emosionalnya.

  • Keamanan fisik biasanya berarti mengeluarkan diri dari situasi yang penuh dengan kekerasan. Tentu saja ini sulit dan rumit, sehingga diperlukan sebanyak mungkin dukungan untuk melakukan ini. 
  • Keamanan emosional berarti menyediakan atmosfer dukungan dan  kenyamanan untuk anak dengan menghargai pikiran, perasaan, dan opini mereka. Meyakinkan anak bahwa mereka dapat menceritakan rasa takut dan kekhawatiran mereka dan sebaik mungkin ia akan dijaga dan dilindungi.

Mengingat banyaknya dampak buruk KDRT bagi psikologis anak, penting bagi orangtua untuk menjaga keharmonisan rumah tangga. Perbedaan pendapat dan argumen memang gak bisa dihindari dalam rumah tangga, tapi cobalah untuk bertengkar secara sehat dan gak melakukannya di depan anak. Bila perlu, orang tua sebaiknya mencari bantuan profesional untuk membantu menyelesaikan masalah rumah tangga. Dengan begitu, orang tua bisa menciptakan lingkungan yang sehat dan aman di dalam rumah untuk tumbuh kembang anak yang sehat dan bahagia.

Baca Juga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Menu