Setia itu tidak mudah

Inspirasi Hati
Ladies, Cinta tanpa rasa percaya dan kesetiaan yang tulus sangat memungkinkan membuat jalinan hubungan yang telah dibangun rusak bahkan terputus di tengah jalan. Mengenai hubungan, baik hubungan pacaran atau pernikahan, keduanya sama-sama memerlukan komitmen yang baik, hati yang sama-sama mantap di kedua pasangan, juga rasa saling percaya serta setia. Mengapa setia terkesan susah dijalankan? Apakah iya seperti itu? Berikut ada pengalaman dari sahabat kita mengenai kesetiaan.
Halo, saya inge (nama disamarkan) merupakan seorang wanita yang sudah berusia 29 Tahun dan saat ini sudah menikah. Sebelum saya menikah, saya merupakan seorang wanita pekerja yang memiliki karier cukup cemerlang. Disini saya ingin berbagi sedikit pengalaman sepanjang saya hidup sampai saya memutuskan untuk menikah.
Cukup panjang proses yang saya lalui hingga saya bisa memutuskan untuk berkomitmen dalam pernikahan. Saya memiliki background keluarga yang mungkin maaf bisa dibilang tidak harmonis, namun itu saya ketahui saat saya berumur 16 tahun dimana saat itu saya masih berada dibangku pendidikan SMA. Sedikit informasi saya merupakan anak sulung dari 3 bersaudara, 2 perempuan dan 1 lelaki yang berjarak hanya 2 tahun diantara kami bertiga.
Sejak kecil saya tidak pernah kekurangan kasih sayang kedua orang tua saya, kami sekeluarga hidup dan berjalan dengan baik. Kami memang bukan keluarga yang terlahir dengan kaya raya, tapi kedua orang tua saya merupakan seorang pekerja keras sehingga kami memang hidup secara cukup. Dari kecil memang saya yang paling dekat dengan ayah, bagi saya ayah merupakan lebih dari seorang “super hero”. Saya dan kedua adik saya sejak bersekolah selalu diantar dengan ayah. Menurut ayah waktu seperti ini yang tidak pernah ingin dilewatkan beliau. Di rumah Ayah merupakan sosok kepala keluarga yang lembut namun tegas bagi istri dan anak-anaknya. Beliau tidak pernah menegur kami secara keras berlebihan jika kami memiliki kesalahan. Terkhusus untuk saya sebagai anak sulung, ayah tidak pernah memaksakan kehendaknya kepada saya.
Namun semua kebahagiaan itu hanya berjalan sampai saya masuk kelas 1 SMA. Semua hal yang baik-baik saja berubah menjadi kacau. Masih segar diingatan saya, keadaan rumah menjadi tidak karuan saat ayah saya membawa seorang wanita dan anak kecil sekitar berusia 4 tahun. Apa yang ada dipikiran saya saat itu? Tidak ada. Saya seperti blank dan tidak tahu harus bagaimana. Ketika saya melihat ibu saya, ibu saya tidak menangis, beliau hanya diam. Dan diakhir saya mengetahui bahwa wanita itu merupakan istri kedua ayah saya yang dinikahkan secara siri, usia pernikahan mereka sudah berjalan 5 tahun dimana usia pernikahan ayah dengan ibu saya sudah memasuki usia 19 tahun. Wow selama 5 tahun belakang ternyata ayah saya melakukan hal ini, bagaimana perasaan kami? Hancur sangat hancur luar biasa dan ibu saya sudah mengetahui selama 3 tahun.
Hal ini membuat kami menjadi keluarga yang tidak sama lagi, ada luka hati yang dalam secara kasat mata. Saya tahu dari semua kejadian ini ibu sayalah yang paling amat sangat terluka, namun ibu saya tidak pernah menunjukan hal tersebut kepada anak-anaknya. Sempat saya bertanya mengapa ibu diam saja atas kejadian ini? Dan ibu saya hanya menjawab “ Tuhan tidak tidur, semuanya akan baik-baik saja” secara logika saya tidak bisa menerima hal ini. Saya marah, marah terhadap ayah saya, terhadap ibu saya yang tidak melakukan apa-apa dan terlebih saya kecewa sama Tuhan mengapa keluarga saya menjadi seperti ini.
Singkat cerita, tahun demi tahun kami lewati sebagai keluarga yang tidak utuh lagi, ayah membagi waktunya dengan kami dan keluarga keduanya. Saat itu luka hati masih menguasai saya, saya tidak perduli lagi sedikitpun kepada ayah saya. Sejak dimana hari ayah saya membawa istri keduanya, sejak itu juga segala kenangan baik diantara kami hilang. Saya pun hanya menggangap ayah saya tidak berarti lagi. Tiba pada waktu saya telah lulus dari universitas, saya bertekad untuk bekerja keras dan mendapatkan penghasilan yang besar untuk membawa keluarga saya pindah dari rumah lama agar kami bisa memulai kehidupan yang baru tanpa ketergantungan dengan ayah saya.
Pada saat itu di dalam pikiran saya hanya terfokus untuk bekerja keras karena saya bertanggung jawab terhadap ibu dan adik-adik. Tidak ada terlintas dipikiran saya untuk memiliki hubungan dengan lawan jenis, sama sekali tidak. Selain karena saya memiliki traumatis tentang hal berumah tangga, saya juga mengganggap itu tidak perlu. Hari demi hari telah berlalu, tidak terasa pada saat itu saya sudah berumur 25 tahun. Keadaan keluarga saya sudah lebih baik, adik saya nomor 2 sudah lulus kuliah dan saya pun sudah mendapatkan pekerjaan yang mumpuni. Komunikasi kami dengan ayah berjalan seperti biasanya saja, ibu dan kedua adik saya sudah bisa menerima keadaan, dan saya pun belajar untuk terbiasa dengan keadaan kami yang sekarang tanpa harus terus melihat kebelakang.
Diumur saya yang ke 28 terjadi perubahan yang sangat besar, sekali lagi keluarga kami kembali diuji. Istri kedua ayah saya meninggal karena terkena penyakit liver akut, meninggalkan ayah saya dan anaknya yang berusia 17 tahun. Apa yang terjadi setelah ini? Mungkin sudah bisa ditebak, ya, ayah saya kembali kepada ibu saya dan meminta maaf bahkan sampai bersujud dihadapan ibu saya. Kedua orang tua saya mengambil waktu untuk mereka menyelesaikan perkara hati. Tidak, saya tidak bersyukur karna istri kedua ayah saya meninggal sehingga ayah saya kembali kepada ibu saya. Bagaimana pun kami sudah terikat menjadi satu keluarga. Yang saya syukuri adalah ketika akhirnya kami semua saling memaafkan dan mengampuni segala luka di masa lalu, kehidupan kami menjadi jauh lebih baik, ayah tampak jauh lebih bijaksana, ibu saya hidup dengan jauh lebih sehat. Dan ketiga adik saya pun mendapatkan prestasi yang membanggakan, terlebih saya yang akhirnya berani untuk berkomitmen dalam berumah tangga. Dari kejadian ini saya menyadari dan banyak belajar bahwa:
Jatuh Cinta Itu Mudah, Menjaga Kesetiaan yang Susah.
jatuh cinta adalah perkara yang mudah. Saat kita merasa nyaman, terlindungi dan bisa tertawa lepas dengan seseorang, tidak butuh waktu lama buat kita jatuh cinta pada orang tersebut. Dan saking mudahnya, tidak sedikit orang yang akhirnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Tapi sayangnya, mudahnya jatuh cinta ini nampaknya tidak diimbangi dengan mudahnya menjaga kesetiaan. Butuh kesabaran ekstra, rasa percaya dan menjaga dengan perasaan tulus untuk tetap setia pada satu orang. Banyaknya godaan di luar sana harus membuat kita merasa kuat. Sebosan dan selelah apapun kita dengan pasangan atau sebaliknya, menjaga kesetiaan harus tetap menjadi poin utama.
Komunikasi yang Baik dan Memegang Prinsip adalah kunci untuk tetap bertahan.
Banyak pasangan yang hubungannya kandas karena keduanya tidak memiliki komunikasi yang baik. Adanya salah paham sering menjadi penyebab rusaknya hubungan. Untuk itu, sangat penting untuk selalu menjaga komunikasi yang baik dengan pasangan. Bicarakan semua hal dengan hati yang tenang, sopan, sabar juga bijaksana. Selesaikan masalah yang ada dengan kepala dingin, jangan begitu mudah mengambil keputusan mengakhiri hubungan. Jaga harga diri pasangan dan diri kamu sendiri dengan tetap menjadi pribadi bijaksana, berpikiran dewasa serta meminimalisir rasa kecewa di antara kalian berdua. Hal ini saya pelajari dari ibu saya, dibalik segala kepahitan yang dirasakan ibu saya, beliau menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan dan tetap memegang prinsip bahwa pernikahan terjadi sekali dalam hidup. Saya ingat ibu saya pernah berkata “ Ibu mencintai ayahmu dengan segala yang ada pada dirinya. Segala kekurangannya, segala kelemahannya segala kesalahannya segala kelebihannya, ketika ibu sudah mengucapkan janji di depan manusia dan dihadapan Tuhan maka setialah yang ada dibarisan pertama dalam kehidupan ibu. saat ini ayahmu sedang terjatuh namun jika memang cuma sampai disini jodoh ibu dengan ayahmu, maka akan ada jalan keluarnya dari Tuhan untuk segala hal ini”. Mungkin hal ini tidak bisa diterima oleh setiap kita wanita. Ya, karena kembali lagi setiap kita manusia pasti memiliki perbedaan dalam segala hal, untuk itu marilah kita belajar agar menjadi seorang yang lebih bijaksana dan tau hal baik apa yang akan didapat ketika kita berani ambil keputusan.
Ketika Pasangan Adalah Pribadi Setia, Jangan Pernah Sia-Siakan Dia
Menurut saya ini adalah point yang paling penting. Yang tahu bagaimana karakter pasangan adalah diri kita sendiri. Kita lah yang bisa menilai seperti apa sosok pasangan. Kita juga yang bisa merasakan apakah dia pribadi setia atau bukan. Jika hatimu telah mantap bahwa si dia pribadi yang setia padamu, jangan pernah menyia-nyiakan kesetiaannya.
Ladies, Kesetiaan adalah suatu hal yang sangat mahal dan tidak bisa didapat dengan cara gampang. Kesetiaan butuh komitmen dan keyakinan yang kuat. Bagi kita yang telah siap berkomitmen dan mau menerima semua kekurangan serta kelebihan pasangan, untuk setia sebenarnya tak susah. Selelah dan sebosan apapun kita dengan pasangan, ketika kata setia sudah tertancap kuat di hati kita, ketika kita bisa menerimanya dengan lapang dada dan mengharap yang terbaik dariNya, tak ada lagi alasan untuk putus asa menjaga hubungan yang sudah ada.

Baca Juga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Menu