Urbanwomen – Aku punya sahabat laki-laki, dan kami sudah bersahabat selama 13 tahun sejak kami SMA. Sebelum itu aku sudah berpacaran dengan seseorang yang kini menjadi suamiku. Karena kami sangat dekat, banyak teman sekolah mengira aku dan dia berpacaran.
Kami saling memahami, bersahabat bukan berarti boleh mengatur satu sama lain. Dia salah satu orang yang selalu mendukungku. Kami saling bertukar cerita, tak sungkan saling menceritakan kehidupan masing-masing mulai dari masalah keluarga hingga percintaan.
Aku juga beruntung sekali punya pacar yang sangat pengertian, tidak pernah melarangku untuk tetap bersahabat dengan temanku. Aku berusaha untuk selalu terbuka pada pacarku. Tiap kali aku pergi dengan sahabatku, aku selalu memberitahunya. Aku mengenalkan mereka, dan kini hubungan kami bertiga sangat baik.
Aku dan sahabatku memang seperti keluarga, aku sangat mengenal kedua orangtuanya, begitupun sebaliknya. Meski pacarku tidak menaruh rasa curiga atau cemburu, tetap saja sangat penting agar aku tahu batasan bersahabat dengan lawan jenis. Tidak mudah terbawa perasaan dan menyimpulkan sendiri kepedualin sahabatku sebagai pertanda dia ingin menjalin hubungan yang lebih serius. Kami tidak menceritakan semua hal, seperti aib keluarga dan pasangan satu sama lain. Sahabatku yang memberi nasehat, setelah aku menikah dan sedang ada masalah dengan suamiku, lebih baik dia tidak tahu apa-apa. Tetap saling jaga kehidupan masing-masing.
Saat berpacaran aku sempat putus. Sahabatku justru menguatkanku, bukan malah mengambil kesempatan untuk mendekatiku. Sampai aku dan pacarku menikah, tentu sahabatku sangat senang karena dia amat mengetahui perjalanan kisah cintaku. Setelah menikah, aku dan sahabatku saling memahami kami tidak bisa sedekat seperti ketika aku belum menikah.
Baca Juga: Dapatkah Pria dan Wanita Bersahabat?
Saking dekatnya, aku, suami, dan sahabatku, beberapa kali kami video call bersama layaknya keluarga. Sekarang dia juga sudah punya pacar, seseorang yang juga tidak pernah marah dan cemburu padaku. Meski kami sudah memiliki kehidupan masing-masing, tapi kami tetap berhubungan baik, hanya jatah waktu saja yang berbeda.
Tidak ada salahnya mengenalkan pasangan dengan sahabat kita agar tidak ada salah paham. Kita juga perlu menyesuaikan dan menerima, ketika sudah menikah waktu kita lebih banyak digunakan oleh pasangan dibandingkan bersama sahabat. Tidak mementingkan ego menjadi kunci utama agar persahabatan awet.
Sumber: Ika, nama disamarkan, 29 tahun, di Jakarta