UrbanWomen – Aku Yuyun, 40 tahun, karyawan swasta, di Jakarta. Aku memutuskan bercerai dengan suami karena dia oversharing ke teman-temannya. Pernikahan kami sudah berjalan selama 15 tahun dan kami juga memiliki anak. Suamiku ini memang tipe orang yang lebih suka memendam masalah daripada menyelesaikannya bersama. Berkali kali, aku sudah bilang untuk mengutarakan apa yang dia rasa kepadaku, bukan ke orang lain.
Tiap ada masalah rumah tangga, dia terus bercerita kepada teman-temannya. Dia sering mendiamkan aku ketika marah, kadang aku merasa kesulitan untuk menebak-nebak apa penyebab dia marah. Ujungnya, aku yang lebih sering mengalah dan meminta maaf. Sebetulnya, aku tidak masalah jika dia bercerita pada pada teman-temannya, asalkan dia bisa memilih manakah yang perlu diceritakan atau tidak.
Suamiku sering kali bercerita tentang hal kurang baik tentangku, seperti aku terlalu banyak menuntut dan bawel. Dia tidak suka dengan diriku yang seperti itu. Teman-temannya lah yang mengatakan semua itu padaku. Mereka memberi nasehat, supaya aku lebih bisa mengubah sikapku yang kurang suamiku sukai.
Semula, aku mencoba untuk memperbaiki diri. Tapi semakin lama aku sadar, bahwa yang salah bukan hanya sikapku saja, tapi bagaimana cara dia menyelesaikan masalah. Menceritakan semua masalah rumah tangga kami tidaklah tepat. Dampaknya, tiap aku keluar rumah banyak tetangga yang menatapku sinis.
Aku merasa sangat bersalah waktu itu karena tidak becus menjadi seorang istri. Hubungan kami semakin hari juga bertambah buruk. Dan benar saja, diam-diam di belakangku dia mencari perempuan lain. Ini karena saran dari teman-temannya yang tidak baik. Suamiku oversharing ke salah orang, dan mendapatkan saran yang salah.
Inilah pentingnya untuk tidak boleh sharing ke sembarang orang. Dia bertelfonan diam-diam dengan wanita lain. Aku memergokinya yang sedang telfonan dengan seorang wanita, dan dia langsung panik ketika aku ada didekatnya.
Bertahun-tahun dia menyembunyikannya dariku. Sampai akhirnya ada wanita yang menghubungiku dan betapa terkejutnya aku karena si wanita ini menyangka jika suamiku belum memiliki istri. Ketika suamiku selingkuh pun, dia bercerita ke orang-orang dia seperti itu karena istrinya. Lagi-lagi, dia mudah menceritakan permasalahan rumah tangganya ke orang lain.
Setelah sekian lama berusaha untuk bertahan, akhirnya aku memutuskan untuk berpisah. Aku rasa sudah cukup bagiku untuk berusaha mempertahankan sikapnya yang seperti itu. Aku juga tidak peduli dengan orang lain yang memandangku sebagai istri yang tidak baik.
Baca Juga: Jarang Mem-posting Kemesraan di Media Sosial, Hubungan Kami Langgeng hingga Menikah
Butuh waktu cukup lama untuk bisa sembuh dan keluar dari pernikahanku yang seperti ini. Aku tidak ingin lagi memiliki pasangan yang oversharing. Bukan berarti tidak boleh bercerita, tapi baiknya tidak menceritakan segala hal pada orang lain. Apalagi itu adalah privasi. Dan bukankah suami istri itu seharusnya saling menutupi aib, bukannya saling menjelekan ke orang lain.
Sudah seharusnya kita tidak menceritakan keburukan pasangan ke orang lain. Boleh saja bercerita untuk mengeluarkan keluh kesah, tapi tidak dilakukan secara berlebihan, apalagi sampai banyak orang yang menyalahkan pasangan. Cukup selesaikan masalah berdua, tanpa perlu melibatkan orang lain.
Sumber: Yuyun, 40 tahun, nama disamarkan, di Jakarta