Sulitnya Menyadari Sedang Terjebak dalam Abusive Relationship

Sulitnya Menyadari Sedang Terjebak dalam Abusive Relationship

Kisah Utama

Urbanwomen – Umurku 32 tahun, aku pernah berada dalam hubungan yang abusive. Dulu, aku tidak menyadari seberapa besar dampak kerugian yang mungkin ditimbulkan dari hubungan itu. 

Aku sedang belajar bahasa di China ketika bertemu dengan laki-laki itu, sebut saja Wawan, yang juga dari Indonesia. Rasanya dia sosok yang menyenangkan, dewasa, dan matang. Usia kami berbeda sekitar 8 tahun. Aku sendiri masih 17 tahun ketika itu. Wawan adalah oacar pertama dalam hidupku.

Tapi ternyata Wawan sudah punya kekasih. Dia jujur mengatakannya, sekaligus bahwa dia juga menyukaiku. Sebenarnya aku sangat bahagia mendengarnya. Ya, aku senang sekali karena perasaanku terbalas. Aku tetap ingin menjalin hubungan dengannya, tak keberatan dijadikan yang kedua asalkan tetap bersamanya.

Sepukang dari China Wawan putus dengan pacarnya. Dia mengajakku ke Australia untuk melanjutkan pendidikan, tapi kemudian berkali-kali tidak lulus ujian. Bukannya berusaha untuk bisa lulus, dia malah menyuruhku membuat surat nikah agar dia tetap bisa tinggal di Australia tanpa melewati ujian dan mencari pekerjaan. Semula aku ingin menolak. Umurku baru 20, aku juga tidak yakin ingin menikah dengannya. Tapi akhirnya aku tetap mengikuti permintaannya untuk membantunya bisa tetap tinggal Australia. 

Lantas, dia berubah menjadi sangat posesif, pencemburu, dan kasar. Mulai dari mengecek handphone-ku untuk membaca semua chat-ku, sampai memukul, bahkan mencekikku. Dia masih mencari pekerjaan, sementara aku sudah bekerja. Aku terjebak. Semua perkataannya harus dituruti, atau dia akan memarahiku, memukulku, mencekikku. Dia juga berusaha menjauhkan aku dari saudara dan teman-temanku, agar  aku menjadi sangat bergantung padanya.

Aku benar-benar sendirian, selama 9 tahun. Lagipula aku juga tidak dekat dengan keluargaku sendiri. Kami jenis keluarga yang tidak akrab satu sama lain, sibuk dengan urusan masing-masing, sangat jarang berkomunikasi. Hubunganku dengan Wawan tentu saja tidak pernah kuceritakan pada keluargaku. Aku sendiri tidak segera menyadari bahwa hubungan itu sudah tidak sehat. Aku hanya berpikir mungkin wajar saja dalam suatu hubungan pihak perempuan harus menuruti keinginan pasangannya. Sejak kecil aku tidak pernah diberi arahan oleh orangtua tentang memilih pasangan yang benar. 

Sampai suatu ketika Wawan mengajak keluargaku untuk berkerja sama dengannya membuka perusahaan. Sewaktu aku ingin menaruh saham di perusahan itu dia melarang dengan alasan uang yang kuinvestasikan tidak besar. Aku mengerti dia tidak mau aku berenghasilan besar karena dia mau aku terus bergantung padanya termasuk dalam hal keuangan. Lagi-lagi aku menurutinya. 

Wawan akhirnya kecanduan obat tidur sampai sakit, kemudian dia ke psikolog. Dari si psikolog inilah aku tahu Wawan adalah pribadi yang banyak punya masalah. Dari sesi-sesi konseling barulah mulai sadar betapa abusive-nya hubungan kami. 

Ketika perusahaan yang didirikannya menemui masalah kecil dia memaki-maki, mengancam akan menuntut ke pengadilan. Aku merasa sudah cukup! Kami bercerai, meski harus melewati proses berbelit karena Wawan tidak setuju dan masih minta aku memaklumi sikap-sikapnya sambil minta agar kami berdua berjuang biar semua menjadi lebih baik. Dia mempersulit proses perceraian, mempertahankan perusahaan, rumah, bahkan berusaha menghasut keluarganya untuk membantunya menghadang niatku bercerai. 

Aku sendiri masih melanjutkan konseling psikologi pasca bercerai hingga saat ini. Aku mau memperbaiki dampak-dampak negatif akibat terjebak dalam hubungan abusive. Aku berusaha bangkit dan memulai kehidupan dari awal. Beruntungnya, aku belum punya anak. Kini kehidupanku jauh lebih baik, lebih tenang. Aku bergabung dengan beberapa komunitas positif. Lingkungan yang baik akan membuatku menjadi pribadi yang lebih baik juga. Aku juga berencana untuk berjualan online, kegiatan yang menyenangkan bagiku. Ya, aku sangat yakin kehidupanku perlahan akan menjadi jauh lebih baik.

Baca Juga: Dua Kali Terjebak Dalam Hubungan Beracun

Harapanku, semoga para perempuan dapat cepat menyadari pola hubungan mereka. Sekali terjebak, sulit untuk keluar. Aku juga berharap agar perempuan lebih memperhatikan kesehatan mental, dan pentingnya konseling psikologi.

Sumber: Anonim

Baca Juga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Menu