Supaya-Anak-Terhindar-dari-Pelecehan

Supaya Anak Terhindar dari Pelecehan Seksual, Aku Berusaha untuk Memberikan Edukasi Seks

Pandangan Pria

UrbanWomen – Aku Ray, 35 tahun, karyawan swasta, di Jakarta. Aku berasal dari keluarga yang tabu membicarakan tentang seks. Sampai aku dewasa, tidak pernah sekalipun keluarga membicarakannya. Mereka beranggapan, hanya orang yang sudah menikah yang bisa membicarakannya. Ini membuat aku tidak bisa membedakan, bagian tubuh mana yang tidak boleh disentuh orang lain. Kadang, aku juga tidak bisa menolak jika aku merasa tidak nyaman ketika dicium oleh keluargaku yang lain.

Seperti tiap kali idul fitri dan banyak orang yang bertamu ke rumah, banyak sekali yang ingin memeluk dan menciumku. Sebenarnya, saat itu aku merasa tidak nyaman. Tapi,  aku tidak tahu  bagaimana harus menolaknya. Sementara kedua orang tuaku tidak pernah mengajarkan bagaimana cara menolaknya. Ini membuat aku sempat berpikir ketika dewasa, jika siapapun boleh melakukannya. 

Hingga ketika aku dewasa, ada keinginanku untuk menikah, karena selama ini aku tidak pernah berpacaran. Saat menjalankan rumah tangga, aku juga sempat kebingungan bagaimana cara membicarakan tentang hubungan intim pada istriku. Belum lagi ketika aku melihat media sosial, banyak sekali berita negatif tentang pelecehan seksual dan korbannya kebanyakan anak-anak.

Aku sebagai ayah, mulai khawatir karena aku juga tidak bisa mengawasi anakku selama 24 jam. Akhirnya aku berdiskusi dengan istriku tentang pentingnya edukasi seks pada anak sesuai usianya. Kami banyak belajar dari media sosial. Sebelum masuk usia remaja, aku dan istri mencoba memberikan edukasi seks terlebih dahulu mengenai area tubuh. Misalnya, aku kenalkan pada anak funsi dari vagina, payudara, dan bagian tubuh lainnya.

Saat sudah sekolah, aku dan istri juga memberitahu bagian tubuh tertentu yang tidak boleh disentuh siapapun. Contoh, “Tubuh kamu hanya boleh kamu yang sentuh ya, terutama bagian vagina atau penis dan payudara. Jadi, kalau suatu saat ada yang memegang tubuh kamu, jangan diam saja ya, kamu harus menolak. Dan kalau dipaksa, kamu bisa mencari pertolongan, nggak perlu takut”

Karena aku tidak bisa mengawasi anakku bermain dengan siapa saja, apakah ada bermain dengan lawan jenis atau tidak, aku sebagai ayah juga tegas memberitahu kalau berciuman sudah termasuk ke dalam aktivitas seksual. Aku kemas sesederhana mungkin agar mudah dipahami tentang aktivitas seksual apa saja yang akan dilakukan oleh orang dewasa saat berhubungan seks.

Anakku semula sempat bingung, tapi tak masalah itu proses. Perlahan, dia akan mengerti dengan sendirinya. Aku sebagai orang tua juga sempat kesulitan menggunakan bahasa sendiri, akhirnya aku membelikan buku yang bisa dipahami anak dengan mudah. 

Pernah, anak kami tiba-tiba saja bertanya soal seks, bagaimana ibu bisa hamil, dan lain sebagainya, ketika mendengarnya kami mencoba untuk tetap tenang dan bertanya baik-baik dari mana anak mendengar itu. Sebisa mungkin, kami tidak menuduh ataupun mengintrogasi. Kini, jika ada orang lain yang mau mencium anakku, dia sudah berani untuk menolaknya dengan sopan dan menjelaskan kenapa dia tidak mau diperlakukan seperti itu. 

Baca Juga: Aku Putuskan Keluar dari Pekerjaan Lama karena Merasa Tak Bisa Mengembangkan Diri

Untuk bisa sampai sekarang, tentu butuh waktu yang amat lama. Karena memberikan edukasi seks pada anak itu tidaklah mudah.

Sebagai orang tua, pahamilah kalau perkembangan diri, dan pertumbuhan anak jauh lebih penting daripada rasa canggung yang muncul ketika hendak memberi edukasi seks. Jangan sampai anak kita menjadi korban pelecehan hanya karena tidak mendapatkan edukasi dari keluarganya.

Sumber: Ray, 35 tahun, karyawan swasta, di Jakarta

Baca Juga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Menu