UrbanWomen – Aku Mayna, 25 tahun, karyawan swasta, di Jakarta. Aku adalah seorang tunarungu. Aku memiliki keterbatasan dalam pendengaran dan berkomunikasi. Dari sekolah aku sering di-bully oleh teman-teman. Aku memiliki teman yang sangat sedikit. Mereka menganggapku aneh dan tidak bisa melakukan apapun karena keterbatasan yang aku miliki. Hanya sedikit yang mau berteman denganku.
Aku merasa sangat insecure dengan teman-temanku yang normal. Walaupun masih banyak orang baik, seperti guru dan teman dekatku. Terkadang aku merasa tidak memiliki bakat apapun. Aku juga berasal dari keluarga sederhana, bapak hanya seorang kuli bangunan, sedangkan ibuku hanya ART. Inilah yang membuat aku merasa kasihan pada mereka jika aku tetap mengeluh tentang keadaanku.
Para guru sempat kesulitan memberikan pelajaran untukku, karena aku dimasukan ke sekolah biasa. Yang awalnya aku mengenyam pendidikan di sekolah umum, aku dipindahkan ke sekolah berkebutuhan khusus. Di sinilah aku mulai memiliki banyak teman yang sama denganku. Aku mulai merasa diterima dan belajar untuk beradaptasi dengan lingkungan. Kedua orangtuaku sangat luar biasa, karena begitu sabar membimbingku. Bahkan mereka mencarikanku sekolah terbaik.
ibu adalah sosok yang begitu perhatian. Meski aku tak banyak cerita tentang apa yang terjadi di sekolah, dia selalu bertanya menggunakan bahasa isyarat tentang kesibukanku. Semakin lama, ibu melihat bahwa aku suka menggambar. Ibu membelikanku alat mewarnai. Di situlah aku mulai tahu tentang apa yang aku sukai. Ibu juga suka sekali mengajak aku untuk masak bersama. Dengan segala keterbatasanku, ibu begitu sabar mengajarkanku. Ternyata, aku merasa bahagia ketika masak.
Ibuku sering mem-posting hasil karyaku dan banyak orang yang suka. Alhasil, aku coba untuk menjualnya. Walaupun saat itu uang yang aku dapatkan tidak seberapa, tapi aku merasa senang. Kalau tidak ada kegiatan di rumah, aku coba untuk memasak camilan. Aku jadi suka memasak. Beberapa kali aku memberikan hasil masakanku pada teman-teman dan ternyata mereka menyukainya. Tiap kali menemukan video memasak dan kelihatan enak, aku coba untuk memasaknya. Walaupun banyak juga orang yang meremehkanku. Banyak yang tak percaya bahwa masakan itu adalah buatanku. Masih banyak orang yang menganggap, bahwa orang-orang sepertiku tidak bisa melakukan apapun. Padahal, tiap orang pasti punya kelebihan.
Ada orang yang menyalahkanku karena lahir dalam keadaan kekurangan, sehingga membuat kedua orang tuaku kesulitan. Aku sempat menyalahkan diri sendiri. Namun, jika melihat teman-temanku yang lain, mereka bisa tersenyum menjalani hidup dengan ikhlas tanpa menyalahkan apa yang terjadi pada mereka. Bapak juga selalu memberitahu untuk selalu bersyukur dan jangan terlalu pedulikan apa kata orang. Kedua orang tuaku selalu mendukung apapun yang aku lakukan. Semangatku mulai bangkit kembali.
Baca Juga: Jadi Kartini untuk Diri Sendiri dengan Mencintai dan Merawat Diri
Setelah lulus sekolah, aku putuskan untuk berjualan kecil-kecilan di rumah. Seperti membuat keripik kaca, bakso goreng, dan masih banyak lagi yang bisa aku jual. Sampai saat ini, aku masih berjualan cemilan. Sedikit demi sedikit aku bisa membantu kedua orangtuaku. Aku tetap bisa mengembangkan diri walau memiliki keterbatasan. Untuk kedepannya, aku baru berencana untuk mengembangkan jualanku.
Memiliki keterbatasan, bukanlah sebuah alasan untuk tidak mengembangkan diri. Teruslah semangat dalam menjalani hidup. Percaya dengan kemampuan diri sendiri, selama berusaha pasti kita akan diberikan kemudahan untuk menggapai cita-cita.
Sumber: Mayna, 25 tahun, nama disamarkan, di Jakarta