UrbanWomen – Namaku Dela, 27 tahun, karyawan swasta, di Jakarta. Kisahku yang pernah terlilit utang mengubah cara pandangku dalam mengatur keuangan. Dulu, aku suka sekali berbelanja. Barang apapun seperti baju yang aku anggap lucu aku pasti membelinya. Tak hanya soal pakaian, aku juga sering membeli makan-makanan yang enak. Aku jarang sekali makan masakan ibuku. Ketika makan-makanan rumah, beberapa kali makanan tersebut tidak habis. Uangku sering habis hanya untuk membeli makanan setiap hari.
Jika belum waktunya gajian, tapi uangku sudah habis, terpaksa aku menggunakan PayLater. Tanpa menghitung bunga yang harus aku bayar, yang penting keinginanku terpenuhi. Begitu seterusnya, hingga utangku membengkak dan aku tidak sanggup membayar. Aku menyadari bahwa aku terbiasa melakukan transaksi melalui m-banking, dan aktif menggunakan metode PayLater. Ini membuatku boros karena aku bisa membayar dengan mudah. Belum lagi limit PayLater yang semakin bertambah membuat aku semakin semangat berbelanja dan memikirkan pembayaran nanti.
Hingga satu ketika, utangku sampai berjuta-juta dan aku tidak sanggup membayarnya. Karena ini, terpaksa aku jujur pada orangtuaku dan meminta bantuan mereka untuk melunasi utang-utangku. Tentu mereka marah besar, karena uang dari hasil kerjaku juga menjadi sia-sia hanya untuk membeli barang yang tidak diperlukan dan makan-makanan enak saja. Meskipun sempat dilunasi oleh kedua orangtua, aku belum jera juga. Masih meminjam uang dengan teman-temanku untuk membeli makanan enak. Semua gajiku hanya habis untuk membayar utang, tidak ada tabungan sama sekali.
Dari sini, aku tidak ingin berutang atau menggunakan PayLater lagi. Selama beberapa bulan keuanganku sangat berantakan. Mencoba gaya hidup baru, aku mulai membiasakan diri untuk tidak membeli makanan di luar dan memilih makan di rumah saja. Setelah itu, aku membuat rekening lain. Rekening yang m-banking hanya aku gunakan untuk kebutuhan primer saja, seperti membeli kebutuhan pokok, membayar tagihan, dan kebutuhan lain pentingnya. Sedangkan satunya lagi, tidak memiliki m-banking, sehingga menyulitkan aku jika ingin membeli sesuatu yang sifatnya boros.
Langkah selanjutnya, dengan tidak mengaktifkan sistem PayLater. Karena, setelah aku perhatikan, saat kita checkout dengan PayLater, kita akan dibebankan fee yang cukup besar dari total barang yang kita beli. Ini memang terdengar sepele dan sering aku abaikan dulu, tapi jika terlalu sering totalnya cukup besar. Terakhir, biasanya kalau melihat barang yang menarik, aku akan masukan dulu ke keranjang belanjaan, tapi karena uangnya tidak ada di m-banking aku berpikir untuk checkout nanti saja setelah gajian bulan depan. Begitu seterusnya, sampai aku merasa bener-benar butuh untuk membelinya.
Baca Juga: Planning Keuangan 2023
Keuanganku di tahun ini sudah mulai stabil meskipun begitu banyak tantangannya. Agar lebih rapi lagi, aku membuat rencana keuangan 2023 yang biasanya aku buatkan list di buku harian. Mulai dari rencana sederhana saja, seperti bisa berinvestasi sebulan 500 ribu, membeli barang yang sangat aku butuhkan. Aku juga sudah mulai mengumpulkan sebagian dari hasil kerjaku untuk membeli motor.
Kebiasaan boros yang tidak segera diubah berpotensi menimbulkan masalah keuangan di masa depan. Kamu pasti bisa menghilangkan kebiasaan buruk secara perlahan, hingga akhirnya bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan tanpa merasa kesulitan dan tertekan menjalaninya.
Sumber: Dela, 27 tahun, nama disamarkan, di Jakarta