Tetap Menjadi Sosok Mandiri

Tetap Menjadi Sosok Mandiri

Inspirasi Hati

Terlahir dari keluarga yang sangat sederhana membuatku tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab. Ibuku seorang asisten rumah tangga dan ayahku bekerja sebagai kuli bangunan. Tak seperti remaja pada umumnya, aku bertekad untuk tidak berpacaran agar fokus pada impianku. Ya, menurutku, karena aku anak tunggal, hanya akulah yang bisa diharapkan kedua orangtuaku untuk sukses. Kedua orangtuaku adalah sahabat bagiku. Mereka selalu mendengarkan dan menghargai keputusanku sehingga aku tumbuh menjadi perempuan yang bertanggung jawab.

Ketika masuk SMA tekadku sudah bulat untuk bekerja sekaligus kuliah. Dengan begitu, aku tak membebani kedua orangtuaku untuk membiayaku kuliah. Aku tak pernah berpacaran ketika SMA, ya karena aku sangat ingin menjadi orang sukses dengan cara tekun belajar.

Tak mudah bagi seorang remaja sepertiku yang harus menahan diri agar tidak berpacaran. Teman-temanku banyak yang sudah memiliki pacar ketika sekolah, tapi aku tidak demikian. Bukan karena tidak ada yang mendekati, kupikir karena dengan fokus belajar dan mengurangi hal yang kurang bermanfaat bisa membantuku mendapatkan pekerjaan lebih cepat setelah lulus. Ketika SMA, memang aku ingin sekali mendapatkan jenis pekerjaan yang bisa membuatku banyak belajar, mendapatkan banyak ilmu.  Jadi bukan hanya sekadar mendapatkan uang.

Lulus SMA, cita-citaku untuk bekerja dan kuliah terwujud. Aku bekerja di perusahaan digital agency. Bekerja kurang-lebih 2 tahun aku masih belum ingin memiliki kekasih. Memang, ada yang mendekati bahkan sering mengobrol melalui telepon. Entah kenapa, aku sulit sekali jatuh hati. Padahal laki-laki itu tampan dan dari keluarga berkecukupan.

Namun itu semua belum cukup. Aku belum menemukan sosok yang kucari selama ini, laki-laki dengan pola pikir dewasa. Tak seperti remaja pada umumnya aku cukup selektif dalam memilih pacar, terlebih karena belum pernah menjalin hubungan. Laki-laki yang mendekatiku itu ternyata bukan sosok laki-laki mandiri. Dia bilang dia akan ikut kerja dengan keluarganya dan langsung menjadi atasan. Dia tidak ingin mencari pekerjaan sendiri, apalagi harus merintis dari bawah.

Seiring berjalannya waktu aku bertemu laki-laki kedua. Juga dari keluarga berkecukupan, laki-laki ini sangat sederhana, mandiri, dan open minded. Beberapa kali ketika masa pendekatan aku sering minta pendapatnya mengenai apa saja untuk tahu pola pikirnya. Kami pun berpacaran. Tapi, tak seperti pacaran pada umumnya, aku tetap mandiri, tak bergantung padanya. Sesekali memang dia menjemputku setelah pulang kerja. Aku berpacaran sewajarnya, berkomunikasi dengannya tidak setiap saat. Karena masing-masing bekerja, kami mencari waktu untuk tetap berkomunikasi melalui  telepon hanya di malam hari. 

Punya kekasih atau tidak bagiku sama saja. Tak ada yang berubah, karena aku tidak pernah bergantung kepadanya. Kami  tidak tahu  apa yang akan terjadi di masa depan.  Apakah dia jodohku atau bukan. Maka dari itu, sebisa mungkin aku berpacaran sewajarnya saja. Kami  bersama-sama mengejar cita-cita dan menyiapkan masa depan.  (*)

Baca Juga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Menu