Urbanwomen – Namaku Rany, 25 tahun, karyawan swasta di Sumatera. Aku pernah terlilit utang di pinjaman online dalam jumlah cukup besar, kurang lebih 10 juta. Ini terjadi ketika aku sudah bekerja untuk pertama kalinya. Ketika itu, aku memang memiliki keinginan untuk kuliah sambil bekerja. Namun, uangnya belum cukup. Tiap kali menabung uangnya sering kali digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Sedangkan gaji di tempat kerjaku waktu itu sangat kecil, karena aku belum memiliki pengalaman.
Sebetulnya, uang yang aku dapatkan dari pinjaman bukan digunakan untuk bersenang-senang, tapi untuk mendaftar kuliah dan mencoba menjalankan beberapa bisnis sampingan. Berawal dari pinjaman hanya ratusan ribu saja di satu aplikasi, lama-kelamaan aku menjadi mengandalkan aplikasi pinjaman online lainnya. Aku bingung saat itu, tidak ada orang yang bisa aku pinjamkan uang satupun. Sedangkan kedua orangtuaku kerja serabutan. Akhirnya aku mencoba pinjaman online yang prosesnya mudah dan cepat. Bodohnya, aku tidak memperhitungkan bunga dan biaya tambahan lainnya yang sebetulnya sangat besar jumlahnya.
Dari satu aplikasi, lama-kelamaan menjadi banyak aplikasi karena aku gali lubang tutup lubang. Aku tidak memikirkan tanggal jatuh tempo. Karena aku pikir, aku bisa meminjam di aplikasi yang lainnya jika memang membutuhkan uang untuk melunasi. Aku jadi mengandalkannya. Dari yang awalnya aku hanya memiliki jumlah utang 2 juta rupiah, aku meminjam lagi untuk membayar biaya ujian kuliah. Kondisi keuangan semakin parah, ditambah pandemi. Gajiku dipotong namun tidak sampai di PHK.
Aku semakin bingung dengan kondisi keuangan yang semakin parah. Hingga akhirnya aku tidak sanggup lagi bayar kuliah, namun utang terus bertambah. Semula, aku pikir dengan gajiku, aku bisa membayar semua utang itu secepatnya. Tapi ternyata aku belum memperhitungkannya dengan tepat. Aku tidak berpikir, jika semua gaji aku gunakan untuk lunasi utang, bagaimana untuk membeli kebutuhanku sehari-hari. Akhirnya untuk memenuhi semua itu, aku gali lubang tutup lubang.
Uang yang awalnya digunakan untuk hal penting saja seperti kuliah, ujung-ujungnya ku gunakan untuk membeli barang yang tidak penting seperti baju dan jalan-jalan. Karena meminjam uang terasa mudah, aku menjadi kecanduan. Utang yang semakin membengkak, akhirnya aku jujur pada kedua orangtua bahwa utang-utangku cukup banyak. Mereka sempat kaget dan marah. Namun mereka tidak bisa membantuku untuk melunasinya.
Karena tak ada jalan lain, aku gadaikan motorku untuk menutupi utang-utang. Aku mencari pekerjaan baru dengan gaji yang lebih besar. Hingga beberapa bulan aku masuk di kantor baru yang gajinya lebih besar, tapi itu semua masih tidak cukup. Akhirnya aku menambah penghasilan dengan menjadi freelancer dan mencoba bisnis makanan online kecil-kecilan. Semua hasil kerja kerasku hanya digunakan untuk bayar utang saja. Setelah aku hitung, ternyata bunga utang-utangku cukup besar. Dua tahun lebih aku berusaha melunasi semua utang-utangku, meskipun terasa sangat sulit bahkan aku belum bisa melanjutkan kuliah hingga kini.
Baca Juga: Mau Ambil Utang? Lihat Dulu Hasil Financial Check-up Kamu!
Namun, aku bertekad untuk tidak meminjam uang dan lebih baik mengumpulkan uang meskipun butuh proses yang sangat lama. Kini keuanganku semakin membaik dan masih berjuang untuk melunasi sisa utang. Aku sedang fokus menjalankan bisnis online yang saat ini sedang aku rintis.
Sebaiknya hindari berutang, baik itu mencoba meminjam secara online maupun ke teman dan keluarga. Jika ingin berutang, pastikan bahwa uang tersebut tidak digunakan untuk konsumtif, hanya memenuhi gaya hidup yang tinggi saja. Lalu pertimbangkan dan hitung juga besar bunga sebelum meminjam uang. Berutang bukanlah solusi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sumber: Sumatera, 25 tahun, nama disamarkan, di Jakarta