Ditinggal-Menikah

Zona Pertemanan yang Melibatkan Perasaan, Kuputuskan Pergi dan Menjalin Hubungan yang Jelas

Pandangan Pria

Urbanwomen – Aku Randi, 28 tahun, karyawan swasta, di Jakarta. Dulu, aku memiliki sahabat seorang wanita. Kami berkuliah di satu universitas yang sama. Sejak pertama kali bertemu, aku kagum padanya karena dia salah satu mahasiswa yang aktif di kelas. Sejak itu kami mulai dekat satu sama lain. Sejak awal aku sudah mengaguminya dan semakin aku mengenalnya aku merasa suka padanya setelah kurang lebih 3 tahun lamanya bersahabat. 

Namun, aku khawatir jika aku mengungkapkan apa yang aku rasa, hubungan kami menjadi canggung, jadi aku pikir tidak masalah jika menunda tentang perasaanku yang sebenarnya. Laki-laki juga bisa terjebak ke dalam hubungan friendzone sepertiku, dan butuh waktu yang sangat lama mengumpulkan keberanian untuk menegaskan tentang hubungan ini.

Aku begitu ketergantungan padanya, karena dia adalah satu-satunya teman wanita yang paling membuatku nyaman. Padahal, aku memiliki teman wanita lainnya. Tapi dia tetap menjadi satu-satunya tempatku bercerita, begitupun sebaliknya. Dia selalu membuatku kagum dengan pemikirannya yang dewasa. 

Karena takut mengatakannya, akhirnya aku memendam perasaan bertahun-tahun dan belum memiliki alasan untuk bisa mengakhiri hubungan tanpa status yang jelas. Padahal, ketika itu kami sama-sama belum memiliki pasangan. Aku selalu memprioritaskannya, berusaha selalu ada untuknya kapanpun dia butuh tanpa batasan. Tanpa aku sadari, hal ini bisa membuat dia merasa, “untuk apa aku menjadi pasangannya, jika baru berteman saja sudah mendapat apa yang dia dapat seperti perhatian, dan lain-lain.”

Mungkin karena aku tak juga berani untuk mengungkapkan bahwa aku menyukainya, dia mulai bercerita padaku tentang pria lain. Aku tidak memiliki hak apapun untuk melarangnya. Mungkin karena dia melihat responku biasa saja, dia memutuskan untuk menerima pria itu sebagai pacarnya. 

Meski aku sudah mengetahui dia sudah memiliki pacar, aku tetap tidak bisa meninggalkannya karena dia terus-menerus menjadikanku “rumah.” Hubungannya dengan pria tersebut hanya bertahan beberapa bulan saja, setelah itu dia kembali padaku. Betapa bodohnya aku, selalu bersedia menjadi tempatnya bersandar. 

Sampai akhirnya, aku menjauh darinya sebentar tapi tetap saja. Kami saling membutuhkan satu sama lain. Butuh waktu yang sangat lama untuk mengatakan bahwa aku menyukainya dan memikirkan berbagai risiko yang mungkin saja bisa terjadi seperti penolakan, dan mungkin bisa membuat persahabatan kami renggang. 

Setelah aku menyatakan perasaanku, ternyata dia menolak jika kami berpacaran, dengan alasan takut kehilangan sahabat jika kami berpacaran dan ternyata gagal. Sejak saat itu, aku memilih untuk mundur. Aku tidak bisa menjadi rumah untuknya terus-menerus. Itu sama saja aku tidak peduli dengan diriku sendiri dan hanya mementingkan dirinya saja. 

Saat menyadari bahwa dia hanya menganggapku sebatas teman saja, aku mulai mengurangi rasa ketertarikanku padanya entah itu dalam hal percakapan atau ketika diajak pergi. Sadar, bahwa hubunganku dengannya selama ini tidak seimbang. Akulah yang lebih tertarik dan menghargai dia. Perlahan, aku tidak lagi memprioritaskan padanya dan memilih mencari wanita lain yang jelas menerimaku dan mau berkomitmen.

Aku mulai bisa move on dan memilih untuk menjalin hubungan dengan wanita ke arah yang lebih serius. Aku sebagai pria harusnya punya ketegasan sejak awal, tidak menunggu seseorang yang tidak tahu sampai kapan hanya mau berteman saja. 

Baca Juga: 4 Film Ini Cocok Banget Buat Kamu yang Lagi Kejebak Friendzone

Namun, karena kejadian ini aku hanya berpacaran beberapa bulan saja dengan wanita yang saat ini menjadi istriku. Tidak butuh waktu lama, aku langsung berani mengungkapkannya. Dengan begini, aku tak lagi terjebak ke dalam hubungan tanpa kejelasan status untuk kedua kalinya. Kini kami tetap berteman, hanya saja sudah jarang sekali berkomunikasi, hanya sekedarnya saja.

Jika sejak awal sudah mengetahui bahwa hubungan ini sudah mengarah pada zona pertemanan saja, segeralah beranjak dari lingkaran tersebut. Jika memang hubungan tidak bisa lebih dari sahabat atau teman, kita harus bijak mengetahui kapan harus pindah ke lain hati. Jangan berlarut terlalu lama. Lebih baik gunakan waktumu ntuk mencari seseorang yang mau menerima kita.

Sumber: Randi, 28 tahun, nama disamarkan, karyawan swasta, di Jakarta

Baca Juga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

Menu